Social Icons

Kamis, 11 Oktober 2012

Asep, Irwan Dan Kang Yadi - Kenalan Langsung Dientot 2

Setelah pergumulan gw dengan Dadan si banteng liar, gw tertidur pulas di kontrakannya. Gw terbangun ketika merasakan rasa panas di seluruh badan gw. Saat gw membuka mata, gw agak bingung gw lagi di mana dan kenapa gw tidur telanjang bulat begitu. Namun, setelah gw ingat-ingat akhirnya gw tau gw di mana. Gw melirik ke orang yg tidur di sebelah gw, awalnya gw mengira orang itu adalah Dadan, namun saat gw lihat baik-baik, ternyata dia bukan Dadan. Alangkah terkejutnya gw mengetahui bahwa Dadan tidak ada di antara pria-pria yg tidur di samping gw. Di tengah kebingungan gw, orang yang tidur di samping gw berkata “heh cina, nyari siapa lw? Dadan udah berangkat kerja tadi pagi.” Gw Cuma bisa bengong saja, dan kemudian orang tadi kembali berkata “body lw mulus banget”, orang itu berkata sambil tangannya mengelus pantat gw. Gw sedikit menghindar saat dia mengelus pantat gw, tapi orang itu kembali berkata “halah!!! Jangan sok pura-pura deh, gw tau lo semalem ngapain ama si Dadan. Lw doyan cowok kan?”. Orang itu terus saja berkata kepada gw, sementara gw Cuma terdiam saja, bingung antara malu tapi mau. Namun akhirnya gw menjawab pertanyaannya itu “Kalo gw doyan cowok, terus kenapa? Lw emang mau ama homo?”. Rupanya perkataan gw barusan membuatnya tergoda. Orang itu kemudian bangun dan beranjak ke ruang tamu kontrakan, di mana 2 orang temannya yg lain sedang tertidur. Gw melirik ke arah jam dinding, rupanya saat itu sudah jam setengah Sembilan pagi, pantas aja panas. Gak lama orang itu kembali ke tempat gw berada dengan 2 orang temannya berjalan mengikuti. 

“tuh liat, si cina doyan cowok! Lumayan daripada Cuma ngocok ama sabun” celoteh orang itu. “daripada ama perek, pake bayar juga” celetuk cowok berambut keriting. Gw buru-buru menjawab “boleh aja, tapi gw mau kenalan lagi dong ama lw semua!” “buat apaan?” Tanya pemuda berambut keriting. “ya biar sama-sama enak! Tapi lw semua buka baju juga dong” jawab dan pinta gw dengan nada manja. Akhirnya gw berkenalan ulang dengan pejantan-pejantan itu semua. Orang yang tadi tidur di samping gw adalah kang Yadi, dia paling tua dari mereka semua umurnya 26 tahun, kang Yadi gak cakep, tapi mukanya seksi banget, dengan wajah kotak-alis tebal-kumis tipis-hidung mancung agak besar-dan bibir lebar, badannya kang Yadi juga seksi, dadanya bidang perut rata, dan dihiasi otot-otot yang menggelembung ditambah bulu keteknya yang lumayan hitam dan lebat. Berikutnya adalah Irwan, umurnya 24 tahun, wajah Irwan sangat mirip dengan Dadan, karena ternyata Irwan adalah kakaknya Dadan, yg membedakan adalah badan Irwan lebih berisi dari Dadan dan rambut Irwan keriting, namun sayangnya banyak panu di badan Irwan. Terakhir adalah Asep, Asep adalah yg paling muda di antara mereka, katanya Asep pindah dan bekerja di Jakarta karena tahun lalu dia tidak lulus ujian nasional tingkat smp, meskipun kecil, tapi badannya Asep sudah cukup terbentuk khas pria-pria pekerja kasar. Ketiganya memiliki ukuran kontol yang standar pria Sunda, namun ketiganya memiliki buah peler yg sangat besar menggantung menggoda untuk dipompa. “udah sep, embat duluan tuh!” seru kang Yadi kepada Asep yang kelihatannya paling menggebu-gebu. “ntar dulu, gw haus pengen minum, dari semalem gw belum minum n makan” jawabku buru-buru. “udah sep, kencingin aja tu budak cina!” seru Irwan memanas-manasi Asep Asep yang masih muda dan dalam kondisi birahi, hanya bisa menuruti saran dari teman-temannya. Asep segera mendekat ke arah gw sambil tangannya memegang kontolnya sendiri. Setelah dekat, asep memerintahkan gw supaya membuka mulut gw “buka mulut lw cina” perintah Asep dengan kasar. “gak usah pake cina kali” gerutu gw. “bawel lw, udah cepetan buka” perintah Asep lagi. Gw pun membuka mulut gw mengikuti perintah Asep, sementara kang Yadi dan Irwan hanya tertawa melihat gw dan Asep. “sep, majuin dikit dong. Sayang kalo tumpah” kata gw seraya memegang kontol Asep yg saat itu sudah mulai menegang. Gw tahu persis kalau sudah begini gw gak akan mendapatkan air kencingnya si Asep, melainkan pejuh segar pemuda abg ini

. Gw menempelkan kontolnya si Asep di bibir gw yang sengaja gw buat monyong mirip pantat bebek. Emang dasar abg, baru begini aja Asep udah mendesah kencang banget “huuuwwwwaaaaaaaawww…aaaawwww…hmmm” desah Asep. Kontol Asep lalu menegang ngaceng sempurna di bibir gw. Setelah itu, gw kulum kontol itu maju mundur, mula-mula gw agak pelan, tapi lama-kelamaan gw percepat aksi gw. Alhasil Asep mendesah sejadi-jadinya “oohhhh yeesss aaaawww awwww aaawww hhussshhh”. Nafas Asep mulai ngos-ngosan saking keenakannya. Gw melirik ke atas melihat wajah Asep, muka abg ini seksi banget ketika itu, ingin rasanya gw cium bibirnya yg dihiasi kumis-kumis tipis baru tumbuh itu. Dada telanjang Asep basah lepek oleh keringatnya sendiri, sungguh indah sekali. Namun sayangnya nafsu besar Asep tidak diimbangi kekuatan fisiknya, saat itu gw baru mengulum kontolnya kurang dari sepuluh menit, tapi abg ini sudah menunjukkan akan segera muncrat. Jujur gw kecewa, tapi mau apa lagi.“aa….a….aann….jii…ingg” teriak Asep sesaat sebelum gw merasakan kontolnya mengembang di mulut gw, dan selanjutnya bisa ditebak crrroottthhhh cccrrrrooootthhhh cccrrrooottthhh Asep menembakkan pejuh segar abgnya di dalam mulut gw. Pejuh Asep cukup mengobati kekecewaan gw terhadap pejuhnya Dadan, pejuhnya Asep banyak + kental + anget + legit dan ada gumpalan-gumpalan seperti jelly di antara pejuhnya itu. Gw telan habis pejuh abg itu disaksikan kang Yadi dan Irwan yang sepertinya sudah mulai ngaceng. Setelah pejuh Asep tertelan habis, gw cabut kontolnya yang sudah melemas dari mulut gw, sementara Asep langsung terkulai lemas di atas lantai. Rupanya ini adalah kali pertama Asep memuncratkan pejuh setelah pindah dari kampung. Tiga pejuh sudah yang masuk tenggorokan gw. Kang Yadi yang sedari tadi hanya menyaksikan aksi gw, sekarang mendekat dan mulai mengelus-elus paha belakang dan pantat gw. “isap dulu dong kang” pinta gw kepada kang Yadi. Rupanya kang Yadi tidak tertarik dengan mulut gw, dia malah menjilati sambil sesekali menggigit paha dan pantat gw. “gila, mulus gan” seru kang Yadi memuji gw. Kang Yadi melanjutkan aksinya dengan menjilati bibir lobang pantat gw. Kontan gw kegelian diperlakukan seperti ini, badan gw menggelinjang akibat ulah kang Yadi. “yad, jorok lw! Itu kan kotor” kata Irwan melihat aksi kang Yadi yang sekarang sedang mengkilik lobang pantat gw dengan lidahnya. “enak wan! Putih mulus kaya awewe” kata kang Yadi yang kembali membuat gw senang. “kang Irwan mau kontolnya dong” pinta gw kepada Irwan. “kasih wan” seru kang Yadi. Akhirnya Irwan menyodorkan kontolnya untuk gw hisap. Gw tentu aja gak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, segera gw sambar kontol Irwan yang masih lemas. Gw kocok dengan tangan agar kontol itu tegang, tapi kontol itu gak kunjung tegang. Hampir putus asa, gw jilatin kontol Irwan dengan lidah gw sambil sesekali gw mengulum kontol itu, beruntung kontol Irwan perlahan mulai hidup dan menegang. Setelah kontol Iwan ngaceng sempurna, gw minta Irwan meludahi mulut gw, dengan ragu-ragu Irwan meludah di mulut gw. Kemudian ludah Irwan itu gw satukan dengan ludah gw, dan gw pakai sebagai pelumas kontol Irwan mengentoti mulut gw. Semula Irwan hanya diam dan menggigit bibirnya menikmati aksi gw. Tapi sekarang Irwan mulai aktif memaju-mundurkan pinggulnya dengan kecepatan konstan mengentoti mulut gw. 

Irwan juga mulai mendesah kenikmatan sambil tangannya menjambak-jambak rambut gw. Gak mau kalah dengan Irwan, kang Yadi sekarang juga mulai menempelkan kontolnya di bibir lobang pantat gw. Kang Yadi sengaja hanya menggesek-gesekkan onderdilnya itu di belahan pantat gw menunggu gw meminta dientot. Perlahan kang Yadi mulai mengarahkan kontolnya masuk ke dalam lobang pantat gw. Saat itu posisi gw seperti anjing yang sedang dientot dari belakang, sementara dari depan kontol lain sedang gencar-gencarnya mengagresi mulut gw. Kang Yadi cukup kasar mainnya. Dia langsung membenamkan kontolnya sampai tenggelam ditelan lobang pantat gw. Spontan gw menjadi menghisap kuat kontol rwan yang dari tadi udah memberi gw minum sari precumnya. Mendapat perlakuan seperti itu, kontol Irwan akhirnya kebobolan dan ccrrrrreeeeeerrrttttthhhhhhhhhhhhhhhh ccccrrrroooootttttthhhhhhhhh ccrrreeeettthhh cccrrroooottthhh kontol Irwan menumpahkan pejuhnya dan Irwan spontan menarik kontolnya dari dalam ulut gw. Sebagian besar pejuh Irwan muncrat membasahi wajah gw, dan sebagian kecil berhasil gw cicipi. Irwan tidak bersuara, dia hanya menganga sambil matanya merem melek. Sementara itu, kang Yadi sudah mulai menggenjot kontolnya mengobok-obok lobang pantat gw. Tekadang kang Yadi mengentoti gw dengan sangat pelan, dan terkadang dia mengentoti gw dengan sangat kencang seperti laju kereta express. Kang Yadi cukup lihai mengentoti gw, dia mencabut kontolnya dari dalam lobang gw, dan sejurus kemudian dia menancapkan kembali kontolnya ke dalam lobang gw. Begitu terus sampai akhirnya gw gak tahan dan muncrat membasahi lantai di bawah gw. Tapi hebatnya, kontraksi di lobang pantat gw tidak memicu ejakulasi kang Yadi. Kang Yadi malah terus sibuk mengentoti gw. Dan sekarang kang Yadi meminta ganti posisi, kang Yadi mau mengentoti gw dengan sambil menggendong gw. Sumpah gw udah kewalahan meladeni kang Yadi. Kang Yadi sungguh perpaduan banteng dan kuda liar, tenaganya seolah tiada habis mengentoti gw. Akhirnya, kang Yadi mencipok bibir gw dan meludahi muka gw sebagai pertanda dia akan ejakulasi. Rasa panas dan perih di pantat gw seolah-olah buyar ketika kontol kang Yadi mengedut cenat-cenut di dalam lobang pantat gw dan crrrrooooooooooootthhhhhhhhhh ccrrrrrrroooooooottttthhhhhhhhhhh cccrrrrrrrrrrrroooooooooooooooorrrrrrrrrrrrrrrhhhhtttttttttttthhhhhhhhhh entah berapa kali kontol kang Yadi melepaskan amunisinya ke dalam lobang pantat gw. Yang jelas, usus gw langsung terasa penuh dan seperti ingin buang air ketika kontol itu muncrat. Kang Yadi membiarkan gw tetap dalam gendongannya dan memeluk gw dengan mesranya. Di sela-sela itu kang Yadi berbisik kepada gw “gw sayang ama lw”. Serasa tersambar petir rasanya saat itu, gw hanya bisa menatap wajah jantan kang Yadi yg berkeringat. Kang Yadi kemudian mencium mesra bibir gw seolah meyakinkan perkataannya barusan. Gw akhirnya membalas “wo ai ni juga kang Yadi”. Kontol kang Yadi yang sudah lemas, sekarang sudah terlepas dari kekungan lobang pantat gw. “kang, aku pengen pejuh kang Yadi” pinta gw kepada kang Yadi sambil tangan gw mengelus mesra dada dan lengan kang Yadi. Kang Yadi hanya tersenyum dan menyuruh gw duduk di lantai, dan kang Yadi mulai mengocok kontolnya sendiri sampai muncrat di wajah gw. Setelah pergumulan itu, kang Yadi menyuruh gw mandi dan berjanji akan mengantar gw pulang. Gw melihat Irwan dan Asep, mereka semua sudah tertidur lelap sejak menumpahkan pejuhnya tadi. Saat gw mandi, kang Yadi memasak bubur instant untuk gw dan dia. Selesai mandi, gentian kang Yadi yang mandi dan gw makan. Siang sekitar jam 2 kang Yadi mengantar gw pulang dengan motor bebeknya. Di pejalanan kang Yadi banyak bercerita kepada gw. Sesampainya di depan rumah gw, gw turun dan mengajak kang Yadi untuk mampir, namun, kang Yadi menolak. Dia kemudian mengeluarkan hape miliknya dari saku jaketnya, dan menyuruh gw memasukkan nomor hape gw. Setelah selesai, kang Yadi pamit pulang dan tidak lupa tangannya mengelus paha gw lagi. 

Malam hari badan gw demam, mungkn karena telat makan dan kebanyakan meladeni pemuda pasar. Koko dan cici gw mengajak gw ke rumah sakit, tapi gw menolak karena gw takut ketauan penyebab sakit gw. Sekitar jam 12 malam, ada sms masuk dari kang Yadi yang menanyakan keadaan gw. Mulai saat itu, gw menjadi sering bertemu kang Yadi. Malah pernah gw menghisap kontol kang Yadi di toilet pasar tempat kang Yadi berjualan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...