Social Icons

Rabu, 31 Oktober 2012

ML Bertiga Di Malang


Setiap kali aku ke Malang, aku pasti ketemu ama seorang teman lama, namanya Edi. Kami udah cukup lama berkenalan, hubungan kami cukup mesra meskipun kami tak pernah pacaran atau bfan, kami suka bebas. Untuk menjelaskan bagaimana pola hubungan kami, kami suka pakai istilah TTM aja... teman tapi mesra.
Ketika aku lagi di Malang, kami biasanya ketemu malam hari... dan tentu kami ml. Tapi selama di Malang aku kadang-kadang ml ama cowok yang lain juga, Edi memang tahu... kadang-kadang dia suka mengintip untuk melihat apa yang kami lakukan di ranjangku. Dan aku tahu, Edi punya banyak TTM juga, tapi aku belum pernah ketemu ama salah satu TTMnya.
Pada suatu hari Edi bertanya: "Uwe ... masih ingat nama Ary?"
"Ary siapa? Salah satu TTMmu, Edi?"
"Yaah, benar … kemarin udah aku certain, aku sekarang punya TTM di Jombang, masih berondong, umurnya 20, cute abizzzz. Namanya Ary."
"Kalo Jombang, jaraknya ke Malang jauh juga. Kapan kamu akan ketemu lagi?"
Edi tersenyum. Dia tidak menjawab. Makanya aku bertanya lagi: "Kapan, Edi?"
"Nggak lama lagi, Uwe. Nanti malam dia datang ke Malang!"
Aku heran. "Nanti malam, Edi? Jadi nanti malam kita nggak sempat ml? Syukurlah kamu bilang sekarang supaya aku bisa membuat janji lain untuk nanti malam."
Edi tetap tersenyum: "Jangan pesan cowok yang lain, Uwe!"
"Kenapa? Kamu tahu, aku lagi birahi tinggi, pokoknya nanti malam mau ml!"
"Yaah Uwe, tentu nanti malam bisa ml. Aku menyuruh Ary datang kesini aja, ke hotel. Jadi nanti kita bisa three in one ama berondong itu. Mau? Atau takut?"
"Eh ... siapa takut...!!!? Mau dong! Tapi masalahnya, apa berondongmu mau juga? Dia tahu ada aku disini?"
"Yaaah ... aku emang udah menjelaskan ama dia, dia tahu ada hemong bule disini yang mau dikentot. Ternyata dia mau banget menyobain ml ama bule, makanya waktu dia mendengar kamu lagi disini dia langsung mau datang.", jawab Edi.
"Dia mau ngentotku? Jadi dia TOP? Kalo begitu, bagaimana dengan kamu, Edi?"
Aku tahu, Edi memang TOP abizzz, kalo ngeseks dia slalu menikmati pantat pasangannya. Makanya aku bertanya begitu.
"Aduh, kamu belum mengerti juga, Uwe. Di dunia hemong nggak ada hanya cowok TOP kayak aku dan cowok BOTTOM kayak kamu aja, ada juga banyak cowok yang versatile. TOP bisa, BOTTOM bisa juga. Ary emang begitu."
"Jadi kalo ama kamu, dia siap dikentot. Tapi kalo ama BOTTOM, Ary mau ngefuck juga."
"Yaah dong. Tunggu aja, nanti semuanya pasti lancar."
Wah, aku senang banget apa yang diceritain Edi. Pertama, karena nanti aku sempat ml ama berondong yang – menurut Edi – cute banget. Kedua, karena nanti bisa threesome … wah … pasti asyik.
"Kapan Ary mau datang?"
"Kira-kira jam setengah lima. Dia naik bus umum dari Jombang, jadi aku nggak tahu persis kapan busnya sampai. Busnya datang di terminal Ladungsari karena lewat Pujon. Nanti aku akan menjemputnya. Kira-kira jam setengah enam kami sampai di hotel. Sebaiknya kamu menunggu disini aja, Uwe."
"Oke, Edi. Tapi aku masih bingung. Nanti bagaimana cara main?"
"Aaah, jangan tanya begitu, Uwe. Gampang aja. Kita bertiga foreplay aja, saling kissing dan mengesong dll, setelah itu aku mau menikmati pantat Ary dulu, kamu bisa menonton, setelah itu kamu harus membuka pahamu dan melayani nafsu birahi Ary dan aku yang melihat semua. Begitu aja!"
Kami tak sempat ngobrol lebih lama lagi, karena Edi ada pekerjaan dulu. Dia permisi, dan aku keluar hotel juga, mau jalan-jalan di kota aja.
Sore jam empat aku udah kembali ke hotel, mandi dulu, terus menunggu.
Tentu aku agak nervous. Soalnya aku belum kenal ama Ary, belum melihat fotonya juga. Dan sebentar lagi aku harus siap untuk melayani nafsunya ... di depan mata Edi lagi. Tapi aku percaya …. karena dipilihi Edi, Ary pasti tidak jelek. Tapi bagaimana kalo Ary nggak suka ama aku? Aku nggak mau hanya menjadi penonton dan menyaksikan suatu adegan yang hot dan seru tanpa bisa ikut main, hanya bisa coli. Tapi kata Edi tadi pagi, itu tak akan terjadi … soalnya dia udah tahu sifat si Ary itu.
Habis mandi aku menunggu di kamar. Aku tahu, Edi lagi menjemput Ary di terminal Ladungsari. Barangkali busnya udah sampai.
Tentu aku udah mulai mengkhayalkan apa yang akan terjadi di kamar ini, di ranjang ini …. asalkan Ary mau juga. Aku udah nggak sabar lagi.
Kira-kira jam lima lewat seperempat ada yang mengetuk di pintu kamar. Aku membuka pintunya …. Ada Edi, dan ada seorang lain lagi. Orangnya masih muda … itu pasti si Ary. Edi udah bilang, umurnya Ary baru 20. Wah, ternyata Ary cakep banget .... lebih tinggi dari Edi, mukanya agak bulat, alis matanya agak tebal. Senyumannya manis ...aku nggak ragu-ragu, tentu aku pengen ml ama dia! Mudah-mudahan dia mau juga.
Edi dan Ary masuk kamar, mereka duduk ... Ary dan aku di kursi sedangkan Edi diatas ranjang. Kami mulai ngobrol ... aku bertanya tentang perjalanan Ary tadi … Ary bilang semuanya lancar meskipun jaraknya dari Jombang ke Malang lumayan jauh juga, apalagi kalo pakai kendaraan umum. Kami ngobrol terus … barangkali setengah jam begitu … setelah itu Ary mau ke kamar mandi.
Edi bercanda: "Yaaaah, mandilah dulu … emang harus bersih … Uwe nggak mau menjilati tubuh yang masih kotor…."
Ternyata Edi ngomong terus-terang aja ... mukaku memerah sedikit, dan Ary hanya tersenyum waktu dia langsung ke kamar mandi.
"Nah ... bagaimana? Ary cucok kan? Kamu pasti mau !!??.." tanya Edi waktu Ary lagi di kamar mandi. "Mau dong", jawabku, "lebih dari itu, pengen sekali...! Mudah-mudahan Ary mau juga!"
"Aduh .. belum percaya juga! Masih takut". Edi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sebenarnya kamu udah harus tahu ... kalo aku yang mengaturnya, pasti lancar..."
Aku tidak menjawab, aku hanya tersenyum aja.
Lima atau sepuluh menit lagi Ary keluar dari kamar mandi... dengan pakaian yang lengkap.
Edi heran: "Kenapa pakai pakaian lagi seperti mau jalan-jalan? Sebentar lagi semua pakaian dibuka lagi sih!"
Ary tak tahu harus menjawab apa, mukanya memerah sedikit.
"Nah, sebenarnya bagus juga", tambah Edi, "emang lebih seru kalo kami bisa mencopot pakaianmu dan menelanjangimu!"
Dengan kata-kata ini Edi menuju ke kamar mandi, karena dia mau mandi juga. Hanya aku yang tak usah mandi lagi, aku udah mandi tadi waktu menunggu mereka.
Sekarang aku ama Ary berdua di kamar. Aku tetap duduk di kursi, Ary berdiri dekat wastafel dan menyusun barang yang dibawanya seperti sikap gigi, odol, minyak wangi dll.
Nah, sekarang ada kesempatan untuk menyobain menggoda si Ary. Aku mendekati Ary yang masih sibuk didepan wastafel dari belakang, dan aku memeluknya.
"Ary, aku senang banget bisa ketemu ama kamu" bisikku ke telinganya.
Ary berbalik, sekarang kami berhadapan muka. Dia tersenyum. "Aku juga suka bisa ketemu ama Uwe", katanya.
Sekarang aku makin berani. Tanpa banyak pikiran, bibirku mendekati bibirnya. Itulah yang diharapkannya. Kita langsung mulai dengan ciuman mesra, lidah kami saling menyentuh, kita bertatap-tatapan... Sekarang aku percaya, ini hanya permulaan suatu kemesraan yang akan membawa kami ke puncak nikmatnya, sekarang aku tak ragu-ragu lagi, sekarang udah jelas, bukan hanya aku yang mau ml ama Ary, Ary juga mau ml ama aku... Lidah kami saling mengulum, kadang-kadang dalam mulutku, kadang-kadang dalam mulut Ary. Aku nggak mau berdiri lagi, makanya aku menarik Ary ke arah ranjang. Dan beberapa detik lagi kami berbaring diatas ranjang, berpeluk-pelukan, tetap bercium-ciuman.
Aku begitu terpesona oleh Ary dan ciumannya bahwa aku udah hampir lupa bahwa masih ada orang ketiga ... yaitu Edi yang telah mengatur semua. Tapi Edi tak melupakan kami, ternyata dia cepat mandi, dan tiba-tiba dia membuka pintu kamar mandi dan melihat apa yang kami lakukan.
"Aduuuh ... udah nggak sabar lagi ...udah begini... Syukurlah aku cepat mandi, jika aku mandi agak lama, udah pasti terlambat", katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kami berhenti bercium-ciuman dulu dan melihat ke arah Edi yang berdiri di ambang pintu kamar mandi. Edi hampir telanjang, tubuhnya hanya dililit handuknya.
Sekarang aku tersenyum: "Tidak usah takut, Edi, ini baru permulaannya. Lihat, kami masih berpakaian, sedangkan kamu yang udah setengah telanjang!"
"Siapa bilang setengah telanjang? Aku udah telanjang bulat!"
Sambil ngomong begitu Edi tanpa malu-malu membuka handuknya yang langsung jatuh ke lantai. Sekarang seluruh tubuhnya kelihatan, apalagi lampu belum dipadamkan. Edi memang cowok yang badanya sexy, dia memang nggak perlu malu menjadi orang pertama yang mempertontonkan tubuhnya pada malam ini.
Ternyata Edi menikmati menjadi obyek tontonan kami, soalnya kontolnya mulai ngaceng. Pertama ereksinya masih sedikit, tapi dalam waktu yang singkat kontolnya tegak berdiri. Tentu Ary dan aku memperhatikannya. Ary memanggil: "Mas, kesini aja. Kasihan … kontol Mas udah keras, tapi nggak ada yang bisa memegangnya!"
Edi langsung mendekati kami yang tetap berbaring diatas ranjang. Sekarang dia berdiri dekat kami, kontolnya tetap keras seperti siap tempur. "Kontolku nggak mau dipegang aja, Ary. Kalo memegang, aku bisa sendiri. Kontolku mau di-esong dan dijilatin!"
Tanpa ragu-ragu Ary bangun dan langsung mulai melakukan apa yang disuruh Edi. Mulut mendekati kontol Edi, dan beberapa detik lagi kepala kontol dan sebagian batangnya udah tidak kelihatan lagi karena udah didalam mulut Ary. Ary menggerakkan kepalanya, kontol Edi diantara bibirnya dan didalam mulutnya. Edi mulai merintih sedikit karena keenakan. Aku menyaksikan adegan seks oral ini dari dekat … tentu aku makin horny juga…! Makanya aku tak mau menjadi penonton aja … aku bangun, kepalaku mendekati tubuh Edi juga. Ary tetap mengesong kontol Edi – jelas sekali bahwa dia benar-benar menikmati aksinya.
"Ary ... sekarang giliran aku ... aku mau juga".
Baru setelah mendengar permintaanku, Ary membuka mulutnya yang melepaskan kontol Edi yang makin keras. Sekarang emang giliranku untuk membuktikan bahwa aku pintar mengesong juga. Sekarang Ary menyaksikan apa yang kulakukan ... kontol Edi sekarang dimulutku. Aku menekan batangnya dengan bibirku sedangkan kepala kontol Edi kurangsangkan dengan lidahku. Jembut Edi persis didepan mataku. Edi nggak ngomong sama sekali, kadang-kadang dia hanya merintih sedikit, jadi dia benar-benar menikmatinya.
Memang enak begitu, tapi masih ada variasi seks oral yang lain yang mau dicobain. Karena three in one, sebenarnya kontol Edi bisa dimanjain dua orang sekaligus.
Aku membuka mulutku dan melepaskan kontol Edi, terus aku mulai menjilati batangnya dan kepalanya, dan aku menyuruh Ary melakukannya juga. Sekarang kontol Edi dimanjakan oleh bibir dan oleh lidah dua orang sekaligus … Edi makin horny, dan kami juga, soalnya sekarang adegannya kayak ciuman mesra kami yang tadi; hanya perbedaannya, sekarang ada kontol Edi diantara bibir kami!
Setelah beberapa menit Edi tak mau berdiri didepan ranjang lagi. Dia naik keatas ranjang juga, dan dia langsung mulai mencopot pakaian Ary.
"Sekarang kamu harus telanjang juga, Ary!", katanya.
Ary pura-pura melawan: "Kenapa aku sekarang? Biar Uwe dulu..!" Dan dia langsung mulai memegang bajuku untuk mencopotnya.
Tapi Edi tak setuju.
"Kalo aku bilang kamu harus ditelanjangi dulu, jangan melawan! Uwe ... tolong ... berondong ini nakal, nggak mau turut perintah orang yang lebih tua!"
Tentu aku menolong, dan karena Ary hanya pura-pura melawan, nggak begitu sulit menelanjanginya. Pertama bajunya dicopot …. Wah, bagian tubuhnya yang udah kelihatan sexy … dadanya bidang, perutnya rata…. Aku langsung mulai menjilati kulitnya disekitar dadanya, sedangkan Edi sibuk mencopot celana jeans yang masih dipakai Ary. Tentu lidahku mendekati putingnya juga... Sekarang Ary pasrah aja, dia tidak melawan lagi. Setelah jeansnya dicopot, dia udah hampir telanjang, dia hanya pakai celdam yang warnanya merah aja. Dan celdam itu tak bisa menyembunyikan bahwa Ary lagi horny berat, soalnya … yaaah, bentuk celdamnya udah kayak tenda dengan satu tiang di tengahnya.
Nah, sekarang aku nggak bisa tahan lagi. Sekarang lidahku tidak sibuk di dada Ary lagi, lidahku turun ke bawah, ke perutnya, ke bawah lagi ... aku mulai membuka celdamnya sedikit, lidahku masuk ke dalam, aku menjilati jembutnya... terus lidahku pindah ke pahanya, mendekati celdamnya lagi dari arah itu, masuk ke dalam lagi, menyentuh bijinya. Edi melihat aja apa yang kulakukan, dan Ary menikmatinya. Tiba-tiba Edi mulai beraksi lagi. Tanganya mendekati celdam Ary dan dengan cepat mencopotnya. Sekarang Ary telanjang bulat! Hampir seluruh tubuhnya kelihatan. Tentu sekarang kontolnya dan bijinya di pusat perhatianku. Wah, kontolnya besar juga, lebih besar dari kontol Edi. Dari bentuk tubuhnya aku tidak menduga bahwa kontolnya begitu besar dan panjang. Tapi ternyata begitu ... aku menyadari ... tak lama lagi kontol itu pasti terbenam didalam pantatku .... pasti asyik...
Tapi sekarang kontolnya mau dimanjakan dengan bibirku dan dengan lidahku dulu. Aku mulai mengesong persis seperti dengan Edi tadi. Tentu Edi mau mengesong juga, jadi kadang-kadang giliranku melakukannya, setelah itu giliran Edi lagi. Dan kadang-kadang kami berdua menjilati kontol Ary sekaligus. Dan Ary? Dia benar-benar menikmati apa yang kami lakukan, dia berbaring diatas ranjang yang mulai merintih-rintih karena keenakan.
Sekarang hampir semua bagian tubuh Ary udah kulihat, tapi hanya hampir semua... Aku belum sempat melihat pantatnya, padahal terutama pantat cowok yang membuatku horny. Makanya lidahku turun dari kontolnya ke bijinya … terus ke pahanya … dan sambil Edi tetap mengesong kontol Ary, lidahku sudah mulai mencari sasaran yang lain. Aku membuka pahanya dan mendorongnya keatas … wah sekarang pantatnya mulai kelihatan! Pantatnya sexy banget … aku benar-benar terpesona melihatnya! Ary punya pantat yang berisi, kulitnya halus ... di sela pantat ada bulu yang dekat lubangnya makin lebar. Kalo lubangnya, masih agak sempit, jadi meskipun tak virgin lagi karena udah beberapa kali ditempong kontol Edi, belum lebar ... barangkali sampai sekarang hanya Ary hanya digagahi Edi, barangkali sampai sekarang Ary lebih sering berperan TOP daripada BOTTOM.
Tentu aku tidak puas kalo hanya melihat bokong Ary yang supersexy itu! Makanya lidahku yang tadi sibuk di pahanya pindah ke daerah lain ... pertama ke bijinya lagi, terus ke daerah tubuh persis antara pahanya... dalam posisi ini aku nggak bisa melihat ekspresi muka Ary, tapi aku bisa mendengar rintihan yang makin kencang. Nah ... itu membuatku berani mulai dengan kegiatan yang lebih mesra lagi. Lidahku mendekati pantatnya .... pertama aku mulai menjilati sela pantatnya ... tapi tentu masih ada sasaran yang lain juga ... yaitu anusnya. Dengan pelan-pelan lidahku mendekati sasaran ini juga .... tubuh Ary mulai bergetar ... dan ... yaaaaah akhirnya aku sasarannya tercapai ... lidahku sibuk di lubang cinta Ary! Sekarang rintihan Ary jauh lebih kencang dari tadi ... ternyata dia sangat menikmatinya! Aku mendengar suara Edi: "Yaaah Ary, kalo kamu suka di-rimming, kamu emang harus panggil Uwe, dia doyan rimming! Hobinya memang begitu....!"
Kami beberapa menit terus begitu, Edi yang mengesong kontol Ary, aku yang memanjakan pantat Ary dengan lidahku ... dan Ary yang hanya menikmati semuanya. Tapi akhirnya Ary pengen beraksi lagi ... makanya dia bangun dan bilang: "Edi ... Uwe belum telanjang... aku belum ngliat kontolnya ... ayo ... cepat ... sekarang Uwe harus telanjang juga!"
Mereka langsung mulai menelanjangiku. Aku tidak melawan, aku memang pengen bugil juga. Dan karena aku dari tadi hanya berpakaian santai aja, tidak pakai jeans, dalam waktu kurang dari satu menit aku telanjang bulat juga. Edi memang udah sering melihat aku dalam keadaan begitu, makanya dia tidak begitu curious lagi, tapi Ary benar-benar pengen melihat seluruh tubuhku ... tanpa terkecuali. Dari tadi aku emang udah horny berat, makanya kontolku ngaceng juga ... Ary kaget juga melihat kontolku ... soalnya aku nggak disunat.
"Wah ... lumayan besar juga", kata Ary. "Dan sekarang aku pertama kali melihat kontol yang tak disunat".
Edi yang emang udah terbiasa main dengan kontolku tersenyum: "Yaah, tapi kamu bisa melihat kepala kontolnya juga .. lihat .. begitu .. kulupnya bisa ditarik ke bawah!"
Aku makin horny jadi obyek tontonan mereka .... apalagi waktu Edi menjelaskan: "Ary ... sekarang kamu harus melihat pantat Uwe juga. Mau?"
"Mau dong", jawab Ary.
"Itu emang penting, soalnya sebentar lagi Uwe pasti minta dikentot. Kamu pasti harus ngefucknya!"
"Mau banget", kata Ary. "Pasti asyik ngentot cowok bule, apalagi pantatnya berbulu!"
"Memang berbulu .. lihat ..." Edi menyuruhku berbalik badan. Sekarang mereka sibuk di pantatku. Aku disuruh membuka paha juga supaya anusku kelihatan juga.
"Ini lubangnya, Ary. Emang udah agak lebar karena Uwe bottom abizzz. Tapi tetap enak kalo menempong!"
"Udah sering ngefuck Uwe, Mas?"
"Udah lumayan sering. Hari ini giliran kamu melakukannya."
"Oke ... aku mau sekarang!"
Edi langsung menolak. "Ooh, sekarang belum! Pertama giliranmu untuk dikentot. Aku mau ngefuck kamu lebih dulu!"
"Oke Mas, aku siap. Kalo ama Mas, aku slalu siap!"
Ternyata Edi dan Ary udah mau mulai menikmati menu utama yaitu seks anal. Tapi aku belum puas dengan foreplay, aku pengen foreplaynya jadi lebih lama lagi. Soalnya foreplaynya seru juga kalo main bertiga.
Makanya aku nggak setuju: "Ooh ... jangan dulu! Foreplaynya belum cukup!"
Edi tersenyum: "Masih mau rimming, Uwe? Oke ... biarin ... pantatku belum di-rimming..."
Setelah itu kami tidak bicara lagi. Kami mulai dengan macam-macam cumbuan. Tidak ada kata-kata lagi yang terdengar, yang bisa didengar hanya rintihan-rintihan aja. Aku mulai memanjakan pantat Edi dengan lidahku. Aku tahu .. kalo ada lidah cowok di lubangnya, Edi suka.. Tapi jangan ada jari atau kontol yang mendekati anusnya, itu tabu ... nggak boleh ... Edi memang seratus persen TOP. Padahal pantatnya bagus juga, pasti ada banyak cowok TOP yang pengen menyobain menganalnya. Tapi Edi tak mau, meskipun ada orangnya yang cakep abizzz, Edi tetap nggak mau. Tapi dia menikmati lidahku di sela pantatnya dan di lubangnya yang masih virgin itu.
Sambil memanjakan tubuh Edi, tentu aku dimanjakan juga. Enak sekali rasanya … kontolku didalam mulut Ary … aku merasakan bibirnya di batang kontolku, aku merasakan lidahnya …. ooogh …. ternyata Ary pintar mengesong! Di mana dia belajar mengesong begitu ... dia masih berondong, umurnya baru 20 ... tapi dia tahu caranya untuk memberi rasa nikmat yang luar biasa. Wah …enak sekali dimanjakan begitu!
Tentu Ary tidak hanya "bekerja" ... dia "dikerjain" juga… Meskipun pandangku dihalangi karena pantat Edi tetap di depan mataku, aku tahu bahwa Edi lagi mengesong kontol Ary. Aku merubah posisiku sedikit ... supaya aku bisa mengesong juga.... Sekarang kami membentuk "lingkaran esongan" ... kontol Edi di dalam mulutku, kontol Ary di dalam mulut Edi ... dan kontolku di dalam mulut Ary.... enak banget ... benar-benar nikmat! Kadang-kadang aku melepaskan kontol Edi dari mulutku ... lidahku pindah ke pantatnya lagi ... dan tiba-tiba aku merasakan juga, Ary mau menyobain hal yang baru juga, tiba-tiba lidahnya terasa di bijiku, antara pahaku.. Apa dia berani melakukan apa yang kuharapkan??? Aku emang suka di-rimming juga... Wah, ternyata dia mau ... tanpa disuruh dulu … lidahnya terasa di sela pantatku …. dan ... benar ... oooogh ... nikmat banget .... aku mulai merintih-rintih agak kencang karena keenakan ... wah ... mesra sekali .... lidahnya udah mencapai sasaranya!!!
Sebentar lagi kami ganti posisi. Ary dan Edi berpeluk-pelukan, kontol mereka bersentuhan, mereka bercumbu-cumbu, ciumannya mesra sekali. Sedangkan aku mulai memanjakan pantat Ary lagi.... enak sekali melihat pantatnya yang begitu bagus dari dekat, tentu bukan hanya mataku menikmati pantatnya, tentu lidahku dan bibirku juga .... alangkah mesranya hubungan kami! Kami baru berkenalan satu jam aja, tapi sekarang kami udah saling menikmati tubuh kita penuh dengan kemesraan. Dan asyik juga … ada orang ketiga lagi … Edi …
Sekarang Edi merasa bahwa saatnya untuk persetubuhan udah sampai. Aku tahu ... sekarang dia tidak sabar lagi, sekarang dia mau menggagahi Ary! Makanya kami ganti posisi lagi. Aku mulai berpeluk-pelukan ama Ary, kami bercumbu-cumbu ... ciuman kami benar-benar hot … berondong ini tidak hanya tahu cara mengesong, dia juga pintar main lidah ama pasangannya. Kami saling memandang ... bukan hanya bibir kami bersentuhan, lidah kami juga bersentuhan, kadang-kadang didalam mulut Ary, kadang-kadang didalam mulutku. Dan aku merasakan kontol Ary yang tetap keras di kontolku yang keras juga.
Edi berlutut di belakang Ary, aku tahu apa yang dilakukannya ... Dia menyiapkan "serangan" dari belakang. Dan benar ... tiba-tiba Ary merintih agak kencang … pada saat ini kontol Edi pasti masuk ke lubang cinta Ary. Aku mengangkat kepalaku karena aku pengen melihat apa yang terjadi … benar … waktu aku melihat ke sana, kontol Edi udah hampir tidak kelihatan lagi karena udah terbenam dalam anus Ary. Edi langsung mulai dengan gerakannya, kontolnya maju-mundur, maju-mundur… aku memandang wajahnya lagi… ekspresi mukanya mencerminkan rasa nikmatnya.
Ternyata Ary juga menikmati diperlakukan begitu, itu kelihatan dari ekspresi mukanya. Kami bercium-ciuman lagi …. kadang-kadang Ary merintih – bukan karena kesakitan akan tetapi karena keenakan.
Beberapa menit lagi Edi mau ganti posisi. Ary sekarang dalam posisi telentang, kakinya diangkat, pahanya dibuka ... Edi berlutut antara pahanya ... kontolnya masuk lagi ke dalam anus Ary ... tubuh Edi maju ke depan ... sekarang dia diatas tubuh Ary, mereka mulai bercium-ciuman sambil kontol Edi tetap maju-mundur, maju-mundur dalam lubang Ary. Namanya persetubuhan, dan aku bisa menyaksikan semua dari dekat... Aku sangat terangsang karena bisa menonton adegan ini. Ini bukan film, ini "live show" … semua terjadi sekarang … di depan mataku. Aku melihat kontol Edi yang terbenam dalam lubang pantat Ary, aku melihat pantat Edi yang bergoyang makin kencang, aku mendengar rintihan mereka, aku melihat ekspresi muka Ary …. matanya dibuka lebar. Tentu aku tidak mau hanya menonton aja, makanya aku mulai menjilati pantat Edi yang lagi bergoyang … kegiatan ini meningkatkan nikmat yang lagi dirasakannya, gerakan tubuhnya makin cepat … aku mendengar suaranya.
"Ary …. oooogh … hampiiiir … mau keluaaaaar…".
Suara Ary terdengar juga: "Yaaah Mas … oke ….!"
Beberapa detik lagi seluruh tubuh Edi bergetar .. ternyata persis pada saat ini dia mencapai puncak nikmatnya, dan aku bisa menyaksikannya dari dekat. Asyik banget…
Edi mencabut kontolnya … tentu sisa pejunya masih kelihatan. Syukurlah Ary belum mencapai puncak nikmatnya, kontolnya masih ngaceng.
"Oke Ary … sekarang giliranmu menjadi TOP! Uwe udah menunggu!" Dengan kata ini Edi yang sudah puas membuka adegan persetubuhan yang kedua. Sekarang saatnya udah tiba, sekarang aku akan digagahi berondong yang cute ini, sekarang aku harus melayani nafsu birahinya, dan ada penonton juga … Edi. Kata Edi memang benar ... saat ini udah kutunggu dari tadi, tentu aku mau diperlakukan begitu ... di depan mata Edi!
Aku mengambil posisi sama seperti Ary tadi, aku menelentang, satu bantal dibawah pinggulku, aku mengangkat kakiku. Ary sudah siap juga, dia berlutut di antara pahaku, kontolnya yang "siap tempur" mendekati sasarannya. Kepala kontolnya udah terasa di pantatku ... dia maju ke depan lagi ... kontolnya mulai masuk.... aku merintih ... "yaaah Ary .... teruuuuus" ... dan sebentar lagi kontolnya terbenam didalam lubangku sampai pangkalnya. Tubuh Ary mulai bergerak, kontolnya maju-mundur di dalam anusku, enak sekali rasanya … Ini adegan seks yang paling mesra, ini persetubuhan, dan aku bisa menikmatinya ama berondong yang cute ini! Ternyata Ary menikmati juga bisa ngentot seorang bule, itu pengalaman baru buat dia.
Semua yang kami lakukan dilihat Edi. Aku tahu, Edi memang suka mengintip kalo ada cowok yang lagi ml, dari dulu hobinya memang begitu. Dulu dia udah beberapa kali mengintip waktu aku ml ama cowok yang lain, aku tahu ... soalnya setelah cowok itu udah pulang, Edi selalu menceritain semua yang dilihatinnya lewat jendela kamar. Tapi sekarang Edi nggak usah mengintip lewat jendela, sekarang dia di dalam kamar, dia bisa melihat semua dari dekat! Itu yang mebuatnya horny lagi … aku heran, kontolnya udah mulai ngaceng lagi, padahal baru saja dia udah memuncratkan pejunya waktu ml ama Ary.
Kehadiran Edi sebagai penonton membuatku makin terangsang. Sekarang aku seperti ekshibisionis … aku membiarkan ada yang menonton waktu aku lagi dikentot ... sebenarnya aku harus malu menjadi obyek tontonan dalam keadaan begitu ... tapi aneh ... aku menikmatinya.
Ternyata Ary tak peduli lagi bahwa ada penonton. Gerakannya makin kencang, setiap kali pahanya menabrak dengan pantatku ada bunyi yang kencang. Aku merasakan kontolnya di dalam anusku ... aku memandang mukanya yang ekpresinya makin liar ... aku tahu … tak begitu lama lagi dia akan mencapai puncak nikmatnya juga!
Kalo aku membiarkan dia terus begini, aku tidak bisa melihat ejakulasinya … tapi itulah yang aku pengen … pengen banget … Makanya aku mencoba berbicara di sela rintihanku: "Ary .... nanti … kalo mau keluar …. coba … cabut kontolmu dulu … aku pengen lihat …. biar kamu … memuncratkan ke mukaku ..." Ary hanya menjawab dengan singkat: "Yaah … oke … aku coba…" dan dia melanjutkan gerakan tubuhnya yang makin lama makin kencang. Aku tahu … sebentar lagi saatnya yang bisa disebut sebagai "point of no return" udah tiba… sebentar lagi ejakulasi nggak bisa dihindarinya lagi. Makanya aku mengingatkan lagi: "Ary ... ke muka.…..!"
Pas pada saat itu Ary mencabut kontolnya dari lubang pantatku. Dia maju ke depan, kontolnya persis diatas mukaku. Pertama tiga atau empat kali dia memukul mukaku dengan kontolnya, setelah itu dia ngocok ... dia memandangku dengan mata yang dibuka lebar ... dan ... sebentar lagi kontolnya memuncratkan pejunya ... empat, lima kali ada semprotan ... pertama kali rambutku dikenai, terus pipiku, dahiku ... akhirnya bibirku juga ... wah banyak yang dimuncratkannya ... semua pejunya kugosokkan di mukaku ... kayak obat awet muda ... enak sekali aromanya!
Edi yang menyaksikan adegannya sudah horny berat lagi. Dia berlutut disampingku, kontolnya udah keras lagi ... dia mulai coli. Ternyata dia mau ejakulasi lagi .... juga ke mukaku ... biarin ... aku siap....
Ary heran: "Ooh ... Mas udah ngaceng lagi … barusan keluar ... mau keluar lagi???"
Edi tak menjawab. Dia masturbasi terus sambil memandangku, kontolnya diatas mukaku. Dia nggak bicara, kadang-kadang dia merintih sedikit. Aku dan Ary juga menyaksikan semua yang dilakukannya. Kadang-kadang dia berhenti sebentar, tapi hanya sebentar lagi, setelah itu dia melanjutkan aksinya. Sekarang nafasnya mulai memburu, mukanya memerah ... aku tahu ... dia lagi menjelang puncak nikmatnya. Gerakan tangannya makin cepat ... " Ooooh yes …. mmmmh …" hanya kata-kata itu terdengar waktu pejunya muncrat. Tentu mukaku dikenai lagi ... peju Edi bercampur dengan peju Ary tadi. Memang peju Edi nggak begitu banyak seperti Ary tadi, soalnya sekarang udah ejakulasinya yang kedua.
Sekarang Edi dan Ary udah puas, hanya aku belum. Tapi aku tahu .. aku pasti cepat klimaks juga karena begitu horny. Aku mulai coli ... Edi tahu apa yang meningkatkan rasa nikmatku, dia mulai menjilati bijiku. Ary tak membuat apa-apa, dia menonton aja. Aku teringat pantatnya yang begitu sexy, makanya aku menyuruh dia dekat lagi: "Ary …. aku pengen melihat pantatmu dari dekat … sekaaaraaang … kesini … Ary …"
Ary langsung tahu apa yang kuinginkan. Dia berlutut, satu kaki sebelah kiri, satu kaki sebelah kanan tubuhku, pantatnya persis diatas mukaku.
"Yaah ... bagus begitu Ary! Ooooh enak sekali ..!" Aku tetap ngocok kontolku sambil menikmati pemandangan yang indah ini... pantat Ary .... karena pahanya dibuka, semua bisa dilihat dengan jelas … aku mulai menjilati pantatnya dengan liar … dan aku merasakan lidah Edi yang sibuk di bijiku dan antara pahaku. Di mukaku masih ada peju Ary dicampur dengan peju Edi, aku masih bisa mencium aromanya ... aku seperti terhanyut nafsu birahiku yang semakin membara ... gerakan tanganku di kontolku makin kencang ... aku tahu .... sebentar lagi ada "the point of no return" ... sebentar lagi ejakulasiku tak bisa dihindari lagi ... Edi dan Ary akan melihat pejuku yang muncrat … biarin … siapa aja yang mau boleh melihat semua reaksi tubuhku saat aku mencapai puncak nikmatnya ... yaaah ... sebentar lagi ... aku mulai menjerit:
"Hampiiiir .... udah mau keluaaaaaar ... sekaaaaraaaang .... ooooghhhhh..."
Aku memang sudah sering mencapai klimaks, tapi orgasme ini benar-benar hebat. Seluruh tubuhku bergetar, aku mengangkat pinggulku .... pejuku muncrat entah berapa kali, kata Edi yang menyaksikan semua dari dekat, ada banyak yang keluar, muncratnya jauh juga.
Setelah itu aku capek sekali, tak mau mandi dulu, mau cepat tidur. Dan karena Edi dan Ary capek juga, kami langsung berpeluk-pelukan bertiga ... tanpa mandi dulu ... sekarang berpeluk-pelukan tidak dengan tujuan ml, sekarang tujuannya mau tidur aja. Tapi kami tahu … nanti … pagi-pagi … pasti ada ronde kedua permainan kami … tapi itu cerita yang lain lagi!

Percintaan Benny Dan Reynald Bermula Di Pompa Bensin


POMPA BENSIN
Bentuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum [SPBU] yang lazimnya dikenal sebagai pompa bensin sudah banyak berubah. Kemungkinan standarnya yang berubah, karena ketika cerita ini ditulis umumnya SPBU memanfaatkan lahan yang luas dan menyediakan fasilitas restoran atau toko barang pernak pernik.Di samping itu beberapa pompa bensin juga mulai selektif memilih petugasnya.Ada yang mempekerjakan perempuan, ada yang memberi seragam dengan warna menarik,ada juga yang mempekerjakan cowok-cowok bersih - tidak jarang juga mempekerjakan cowok-cowok ganteng [Ha..Ha..Ha..]!
Benny adalah petugas SPBU atau pompa bensin. Di zaman susah sekarang ini Benny beruntung dapat kerja,walaupun hanya jadi petugas pompa bensin. Meski demikian, posisi Benny cepat naik menjadi semacam supervisor di pompa bensin itu. Naiknya posisi Benny ke posisi penting tidak lepas dari keterampilannya ber-gaul dan mengembangkan pertemanannya dengan aparat keamanan dan para preman. Hal ini dianggap penting oleh pemilik pompa bensin,agar pompa bensin itu aman,tak diganggu dan dipalak [diperas] oleh aparat keamanan dan preman yang banyak berkeliaran di sekitar lokasi itu.
Benny bukan anak badung [bengal, nakal], dia anak baik-baik,hanya saja Benny punya karisma,aura,dan juga bakat untuk diterima kaum marjinal dan kriminal. Di sisi lain sejarah hidup Benny turut mengantarkan Benny jadi seperti sekarang ini. Benny adalah anak desa yang dijadikan anak oleh seorang perwira militer. Meski pun ayah angkat atau paman angkatnya itu mencukupi kebutuhan Benny, tetapi Benny diperlakukan terlalu keras,kejam dan sadis oleh ayah angkatnya. Rupanya disiplin mati itu membuat Benny menjadi seorang yang disiplin tapi juga membuat dia menjadi berandal jika ada kesempatan.Apalagi ayah angkat Benny kemudian meninggal dunia sebelum Benny mempunyai kehidupan yang mapan.Untung saja Benny masih berhasil menyelesaikan sekolah di Sekolah Menehgah Kejuruan [SMK] Jurusan Otomotif.
Benny adalah pemuda tampan. Berkat perlakuan keras ayah-angkatnya yang memaksa Benny melakukan latihan fisik dan latihan beban intens dan yang tak lupa didisiplin dan disempurnakan dengan lecutan cemeti,tamparan dan tonjokan maka tubuh Benny dalam usianya yang ke delapan-belas itu sudah "jadi" : atletis, ketat,dan berotot indah..Aku kenal Benny karena dia dan ayah-angkatnya sering latihan karate bareng aku di dojo yang sama.Karena itu aku jadi tahu perlakuan keras ayah-angkat Benny.Aku bahkan pernah melihat sendiri bagaimana ayah-angkatnya menghajar Benny di rumahnya mau pun di dojo - dengan alasan hal-hal yang sepele. Dari sikap dan cara ayah-angkat Benny yang suka menghajar tubuh Benny, aku punya kesan bahwa ada sesuatu yang "tidak beres" dalam diri ayah-angkatnya itu [something wrong].Apalagi ayah-angkat Benny tidak menikah sampai saat meninggalnya. Padahal ayah-angkat Benny adalah seorang lelaki tampan dan berkepribadian memikat! Semasa hidupnya,karir militer ayah angkat Benny cukup baik [sebagai staf, bukan sebagai komando] dan terus meningkat meskipun dia tidak beristeri. Jadi, prestasi ayah angkat Benny dalam tugas juga menonjol dan pastilah dia pandai menutupi rahasia tentang sikap dan tindakan-nya pada Benny!
Setelah ayah angkat Benny meninggal,kebiasaan baik berlatih fisik dan beban intens itu masih saja berlanjut. Meski sudah tidak ada lagi yang menghadiahi Benny dengan lecutan CEPRETT! CEPRETT!,tamparan PLAKK!PLAKK! dan tonjokan di tubuhnya BUKK! BUKK! [Ha..Ha..Ha..].
Sementara itu, Reynald adalah anak tunggal keluarga diplomat. Rey [panggilan Reynald] memilih kuliah di negaranya. Tidak ikut orang-tuanya penempatan di luar negeri.Setelah tamat kuliah, Rey juga memilih kerja di negaranya.Orang-tua Rey adalah sahabat dekatku, sebab itu waktu mereka penempatan lagi di luar negeri aku dititipi "menjaga" Rey.Itulah sebabnya aku dekat dengan Rey dan Rey sering konsultasi tentang hidup dan kehidupan padaku. Semula Rey tidak kenal dengan Benny,sampai suatu kali terjadilah peristiwa seperti yang diceritakan Rey kepadaku. Berikut ini adalah cerita Rey.
CERITA REY
1. Curhat pada Bang Julio
Hanya satu orang di dunia yang tahu bahwa aku gay - yaitu Bang Julio [Yulio?]. Aku percaya Bang Julio dan aku yakin Bang Julio tidak "bocor mulut".Karena itu aku selalu cerita dan curhat tentang apa saja yang aku ingin ceritakan, apakah tentang pekerjaan, pergaulan, pertemanan,percintaan, sakit-sehat dan masalah lainnya.Curhat pada Bang Julio sangat menolong meringankan beban masalah dan beban pikiranku.
Suatu hari aku mengisi bensin mobilku.Aku jarang sekali mengisi bensin sendiri. Biasanya supirku yang melakukan.Tapi hari libur itu aku ada acara dan "save is save" - aku menambah bensin - siapa tahu hari libur itu aku sekalian ingin jalan keluar kota. Tapi di pompa bensin, pagi itu aku terpana pada seorang petugas pompa bensin yang melayani aku.Cowok itu bukan hanya ramah dan sopan,tapi juga simpatik, berwajah tampan dan bertubuh atletis - kombinasi penampilan cowok yang jadi favoritku. Tidak heran jika berahiku jadi naik ke otak, jantungku serasa berdebar-debar dan aliran darahku seperti terdengar berdesir-desir di telingaku.Bahkan ketika petugas itu mengisi mobilku dengan bensin,maka kontol-ku jadi ngaceng,tegang,mengeras! Akibat aku berdiri dekat-dekat dengan cowok hebat itu! Aku sempat melirik nama: "Benny" tersulam di baju seragam atau baju kerja dari pompa bensin sialan itu [werkpak]!Oleh karena itu,meskipun aku bukan orang yang berkepribadian ramah,tapi aku paksakan untuk berbasa-basi dengan Bang Benny yang ganteng itu.Bang Benny menanggapi sapanku dengan ramah. Waktu membayar,aku sengaja melebihkan uang pembayaran sambil berkata :
"Lebihnya buat abang aja",tanpa malu-malu aku memanggilnya "abang". [Ha..Ha.. Ha..! Dasar gombal !] dan dengan ramah Bang Benny menjawab :
"Terima kasih,Mas", dan dalam hati aku berkata:"Wah dia memanggil aku 'Mas' ". Matakuku berbinar-binar.
Sejak kejadian itu aku jadi sering mengisi bensin sendiri di pompa bensin sialan itu.Kalau aku sedang "nasib baik",aku bisa jumpa dengan Bang Benny.Tapi kalau sedang tidak "hokkie" maka Bang Benny sedang tidak bertugas. Sehingga niatku mau bertemu dan menikmati "keindahan" Bang Benny tidak terwujud dan aku jadi amat kecewa. Bahkan aku jadi sering "dibakar rasa cemburu",kalau aku melihat ada cewek atau cowok berbicara agak lama dengan Bang Benny waktu mengisi bensin mobilnya.Sebab,aku merasa Bang Benny sudah jadi milikku.Padahal kami berdua tidak ada hubungan apa-apa!Sejak aku jumpa Bang Benny, maka setiap aku onani,fantasi main cabul dengan Bang Benny jadi andalan membangkitkan berahiku dan untuk menambah-nambah rasa nikmatku melancap[merancap] atau beronani [Ha..Ha..Ha...].
Suatu Sabtu sore aku membawa lagi mobilku ke pompa bensin itu untuk mengisi bahan bakar.Aku tak melihat Bang Benny sedang tugas.Tapi tanpa sengaja aku melayangkan pandanganku ke sudut lain dari pompa bensin itu bagian belakang di sekitar toilet.Disitu aku lihat seorang laki-laki bertelanjang dada.Sebagai cowok homosex maka langsung saja mataku jadi ijo [hijau] melihat ada lelaki telanjang dada. [Ha..Ha..Ha..]. Waktu aku cermati, ternyata laki-laki itu adalah Bang Benny. Maka aku pun memundurkan mobilku ke belakang untuk keluar dari antrean dan parkir di sudut lain.Aku turun dan pura-pura mau ke toilet.Bang Benny masih ber -diri di situ,entah sedang melakukan apa.Aku jalan mendekat dan menyapanya:
"Lagi ngapain Bang ?", rupanya Bang Benny masih kenal aku,karena sejak aku jumpa dia aku sudah sempat mengajaknya ngobrol waktu aku mengisi bensin, mungkin dua atau tiga kali dan aku selalu memberinya tip besar. Bang Benny menjawab dengan ramah :
"Mau mandi, Mas", agaknya Bang Benny mandi di lokasi pompa bensin itu. Aku pun berusaha keras untuk memperpanjang kontak dan interaksiku dengan dia. Maka aku melanjutkan pembicaraan :
"Nginep disini ya, Bang?".
Bang Benny menjelaskan bahwa hari itu dia jaga di pompa bensin sampai malam, karena itu dia mandi sore di situ. Pompa bensin itu buka 24 jam dan selalu ada petugas yang jaga [piket]. Sambil ngobrol,diam-diam aku pun mencuri pandang keindahan tubuh abangku yang tercinta dan bertelanjang dada itu [ta'i!]. Tubuh Bang Benny sungguh indah.Otot-dadanya amat menonjol kedepan,belahan dada -nya bagaikan suatu "lembah" atau "lekukan" [crest] yang 'dalam' di antara kedua bukit dadanya. Puting susunya ketat, tegang, dan melenting. Ingin rasanya aku menjilat mengelus,meremas dan menggutil-gutil puting-susu,tetek,nenen atau nipple abangku Itu[ta'i!].Perut Bang Benny rata, tetapi bertonjolan otot-otot yang membentuk pola six-packs [Agh!Indahnya!].Pinggangnya ramping dan kencang. Kedua lengannya besar dan kekar dan waktu Bang Benny mengangkat lengan-nya ke atas untuk melakukan sesuatu aku menampak secercah bulu keteknya yang lebat di bawah lengannya yang kekar, tapi enak dilihat [dan mungkin nikmat juga kalau dijilat?]. Seakan-akan jadi tanda dan jadi bukti kedewasaan dan kelaki -lakian Bang Benny yang sempurna.
Karena Bang Benny masih mau melayani obrolanku,maka aku berusaha untuk memperlama kontak dan obrolanku dengan Bang Benny yang perkasa itu! Aku pun pura-pura tanya dimana tempat istirahat petugas yang piket. Petugas piket ada dua orang dan kalau tidak banyak pembeli, mereka bisa gantian tidur.
Bang Benny berbaik hati menunjukkan sebuah kamar di dekat kami berdiri. Aku melongok ke dalam kamar sialan itu - mungkin ukurannya hanya 3X4 meter saja. Ada sebuah tempat tidur di situ. Waktu kami berdua sudah berada di kamar itu - aku menyelipkan uang Rp 100.000,- di saku celana jeans Bang Benny.Dia sudah tahu bahwa aku memberinya tip,sebab aku sudah beberapa kali melakukan yang seperti itu - karena itu Bang Benny menyampaikan terima kasih.
Di dalam kamar sialan itu nafsu berahiku menggelagak naik ke otak, darahku seakan mendidih dibakar nafsu berahi yang membara dan menyala-nyala! Aku nekat melingkarkan tanganku di pinggang Bang Benny.Tubuhnya yang telanjang -dada itu terasa nikmat bersentuhan dengan lenganku yang ditutupi baju lengan pendek Dia bergidik mungkin karena geli dan kaget.Pintu kamar sialan itu dalam jangkauan tanganku,karena itu pelan-pelan pintu aku tutup dengan tangan kiriku dan aku kunci dengan mendorong selorokan penguncinya.
Aku memindahkan posisiku di depan tubuh Bang Benny yang telanjang dada itu dan tubuhku aku rapatkan,wajahku aku benamkan di samping kanan kepalanya. Bang Benny membiarkan saja aku berbuat begitu. Apakah mungkin berkat uang Rp 100.000,- yang sering aku selipkan di saku celananya atau mungkin Bang Benny adalah seorang yang penuh pengertian atau dia juga gay atau bi-sex?
Aku mencoba mengendus-ngendus untuk mengetahui bau badan atau bau ketek Bang Benny tapi tak tercium apa-apa olehku - padahal bulu-ketek Bang Benny lumayan lebat!Kedua lenganku aku selipkan melalui sela-lengannya di kiri dan kanan, lalu tubuh depanku aku rapatkan ke tubuh depan Bang Benny yang ber-telanjang dada! Agh! Nikmat Aku bahagiaa sekali! Pelan-pelan aku berjongkok, lalu melepaskan kait-kait celana jeans abangku itu,membuka risletingnya,dan memplorotkan celana serta kancutnya,sampai terjela-jela di bagian pergelangan kakinya!Akupun mulai menampak kontolnya yang sungguh besar dan disunat ketat.Jembutnya tebal, hitam,tumbuh rapat-rapat dan luass! Agh! Indah ! Untuk memudahkan manuverku aku berlutut dan aku mulai menjilat-jilat dan mengisap kontol abangku itu bagai seekor kucing yang sedang menjilati anaknya yang baru lahir..
Kontol Bang Benny tampak makin menegang, mengacung, hampir menempel ke hamparan jembutnya.Akupun menjilat,menjilat dan menjilat dan samar-samar aku dengar suara desis dari mulut Bang Benny,akibat rasa nikmat di kontolnya:Hhsst! Hhsst!Hhsst! Lalu disusul suara mengeluh atau melenguh seperti kerbau sedang memamah biak : MMMPH! MMMPH! MMMPH! Sementara itu, ketika aku sedang asyik dan sibuk menjilat-jilat dan mengisap kontolnya, aku rasakan tubuh Bang Benny seperti mengejang-menggelinjang dan pinggulnya didorong-dorongkan ke arah mulutku, disusul keluarnya pejuhnya: CROOOOOOOT! CROOOOOOOOT! CROOOOOOOT! dari lobang-kencing Bang Benny. Pejuh Bang Benny muncrat dan berceceran di lantai,sebagian menceceri bajuku,bibirku dan mulutku. Semua pejuh Bang Benny yang masuk mulutku dan bisa kutelan,aku telan!Terasa agak lender,agak manis dan bau pejuh! Tapi aku bangga dan bahagiaaaa sekali!
EPILOGUE
Menurut Rey, sejak kejadian itu, dia sering "menengok" Bang Benny di pompa bensin. Hubungan mereka berdua berkembang menjadi cinta antara dua orang yang sejenis! Di kamar piket sialan itu mereka melakukan segala sesuatu yang mereka sukai paling tidak tiga kali seminggu !

Percintaan Benny Dan Reynald Bermula Di Pompa Bensin


POMPA BENSIN
Bentuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum [SPBU] yang lazimnya dikenal sebagai pompa bensin sudah banyak berubah. Kemungkinan standarnya yang berubah, karena ketika cerita ini ditulis umumnya SPBU memanfaatkan lahan yang luas dan menyediakan fasilitas restoran atau toko barang pernak pernik.Di samping itu beberapa pompa bensin juga mulai selektif memilih petugasnya.Ada yang mempekerjakan perempuan, ada yang memberi seragam dengan warna menarik,ada juga yang mempekerjakan cowok-cowok bersih - tidak jarang juga mempekerjakan cowok-cowok ganteng [Ha..Ha..Ha..]!
Benny adalah petugas SPBU atau pompa bensin. Di zaman susah sekarang ini Benny beruntung dapat kerja,walaupun hanya jadi petugas pompa bensin. Meski demikian, posisi Benny cepat naik menjadi semacam supervisor di pompa bensin itu. Naiknya posisi Benny ke posisi penting tidak lepas dari keterampilannya ber-gaul dan mengembangkan pertemanannya dengan aparat keamanan dan para preman. Hal ini dianggap penting oleh pemilik pompa bensin,agar pompa bensin itu aman,tak diganggu dan dipalak [diperas] oleh aparat keamanan dan preman yang banyak berkeliaran di sekitar lokasi itu.
Benny bukan anak badung [bengal, nakal], dia anak baik-baik,hanya saja Benny punya karisma,aura,dan juga bakat untuk diterima kaum marjinal dan kriminal. Di sisi lain sejarah hidup Benny turut mengantarkan Benny jadi seperti sekarang ini. Benny adalah anak desa yang dijadikan anak oleh seorang perwira militer. Meski pun ayah angkat atau paman angkatnya itu mencukupi kebutuhan Benny, tetapi Benny diperlakukan terlalu keras,kejam dan sadis oleh ayah angkatnya. Rupanya disiplin mati itu membuat Benny menjadi seorang yang disiplin tapi juga membuat dia menjadi berandal jika ada kesempatan.Apalagi ayah angkat Benny kemudian meninggal dunia sebelum Benny mempunyai kehidupan yang mapan.Untung saja Benny masih berhasil menyelesaikan sekolah di Sekolah Menehgah Kejuruan [SMK] Jurusan Otomotif.
Benny adalah pemuda tampan. Berkat perlakuan keras ayah-angkatnya yang memaksa Benny melakukan latihan fisik dan latihan beban intens dan yang tak lupa didisiplin dan disempurnakan dengan lecutan cemeti,tamparan dan tonjokan maka tubuh Benny dalam usianya yang ke delapan-belas itu sudah "jadi" : atletis, ketat,dan berotot indah..Aku kenal Benny karena dia dan ayah-angkatnya sering latihan karate bareng aku di dojo yang sama.Karena itu aku jadi tahu perlakuan keras ayah-angkat Benny.Aku bahkan pernah melihat sendiri bagaimana ayah-angkatnya menghajar Benny di rumahnya mau pun di dojo - dengan alasan hal-hal yang sepele. Dari sikap dan cara ayah-angkat Benny yang suka menghajar tubuh Benny, aku punya kesan bahwa ada sesuatu yang "tidak beres" dalam diri ayah-angkatnya itu [something wrong].Apalagi ayah-angkat Benny tidak menikah sampai saat meninggalnya. Padahal ayah-angkat Benny adalah seorang lelaki tampan dan berkepribadian memikat! Semasa hidupnya,karir militer ayah angkat Benny cukup baik [sebagai staf, bukan sebagai komando] dan terus meningkat meskipun dia tidak beristeri. Jadi, prestasi ayah angkat Benny dalam tugas juga menonjol dan pastilah dia pandai menutupi rahasia tentang sikap dan tindakan-nya pada Benny!
Setelah ayah angkat Benny meninggal,kebiasaan baik berlatih fisik dan beban intens itu masih saja berlanjut. Meski sudah tidak ada lagi yang menghadiahi Benny dengan lecutan CEPRETT! CEPRETT!,tamparan PLAKK!PLAKK! dan tonjokan di tubuhnya BUKK! BUKK! [Ha..Ha..Ha..].
Sementara itu, Reynald adalah anak tunggal keluarga diplomat. Rey [panggilan Reynald] memilih kuliah di negaranya. Tidak ikut orang-tuanya penempatan di luar negeri.Setelah tamat kuliah, Rey juga memilih kerja di negaranya.Orang-tua Rey adalah sahabat dekatku, sebab itu waktu mereka penempatan lagi di luar negeri aku dititipi "menjaga" Rey.Itulah sebabnya aku dekat dengan Rey dan Rey sering konsultasi tentang hidup dan kehidupan padaku. Semula Rey tidak kenal dengan Benny,sampai suatu kali terjadilah peristiwa seperti yang diceritakan Rey kepadaku. Berikut ini adalah cerita Rey.
CERITA REY
1. Curhat pada Bang Julio
Hanya satu orang di dunia yang tahu bahwa aku gay - yaitu Bang Julio [Yulio?]. Aku percaya Bang Julio dan aku yakin Bang Julio tidak "bocor mulut".Karena itu aku selalu cerita dan curhat tentang apa saja yang aku ingin ceritakan, apakah tentang pekerjaan, pergaulan, pertemanan,percintaan, sakit-sehat dan masalah lainnya.Curhat pada Bang Julio sangat menolong meringankan beban masalah dan beban pikiranku.
Suatu hari aku mengisi bensin mobilku.Aku jarang sekali mengisi bensin sendiri. Biasanya supirku yang melakukan.Tapi hari libur itu aku ada acara dan "save is save" - aku menambah bensin - siapa tahu hari libur itu aku sekalian ingin jalan keluar kota. Tapi di pompa bensin, pagi itu aku terpana pada seorang petugas pompa bensin yang melayani aku.Cowok itu bukan hanya ramah dan sopan,tapi juga simpatik, berwajah tampan dan bertubuh atletis - kombinasi penampilan cowok yang jadi favoritku. Tidak heran jika berahiku jadi naik ke otak, jantungku serasa berdebar-debar dan aliran darahku seperti terdengar berdesir-desir di telingaku.Bahkan ketika petugas itu mengisi mobilku dengan bensin,maka kontol-ku jadi ngaceng,tegang,mengeras! Akibat aku berdiri dekat-dekat dengan cowok hebat itu! Aku sempat melirik nama: "Benny" tersulam di baju seragam atau baju kerja dari pompa bensin sialan itu [werkpak]!Oleh karena itu,meskipun aku bukan orang yang berkepribadian ramah,tapi aku paksakan untuk berbasa-basi dengan Bang Benny yang ganteng itu.Bang Benny menanggapi sapanku dengan ramah. Waktu membayar,aku sengaja melebihkan uang pembayaran sambil berkata :
"Lebihnya buat abang aja",tanpa malu-malu aku memanggilnya "abang". [Ha..Ha.. Ha..! Dasar gombal !] dan dengan ramah Bang Benny menjawab :
"Terima kasih,Mas", dan dalam hati aku berkata:"Wah dia memanggil aku 'Mas' ". Matakuku berbinar-binar.
Sejak kejadian itu aku jadi sering mengisi bensin sendiri di pompa bensin sialan itu.Kalau aku sedang "nasib baik",aku bisa jumpa dengan Bang Benny.Tapi kalau sedang tidak "hokkie" maka Bang Benny sedang tidak bertugas. Sehingga niatku mau bertemu dan menikmati "keindahan" Bang Benny tidak terwujud dan aku jadi amat kecewa. Bahkan aku jadi sering "dibakar rasa cemburu",kalau aku melihat ada cewek atau cowok berbicara agak lama dengan Bang Benny waktu mengisi bensin mobilnya.Sebab,aku merasa Bang Benny sudah jadi milikku.Padahal kami berdua tidak ada hubungan apa-apa!Sejak aku jumpa Bang Benny, maka setiap aku onani,fantasi main cabul dengan Bang Benny jadi andalan membangkitkan berahiku dan untuk menambah-nambah rasa nikmatku melancap[merancap] atau beronani [Ha..Ha..Ha...].
Suatu Sabtu sore aku membawa lagi mobilku ke pompa bensin itu untuk mengisi bahan bakar.Aku tak melihat Bang Benny sedang tugas.Tapi tanpa sengaja aku melayangkan pandanganku ke sudut lain dari pompa bensin itu bagian belakang di sekitar toilet.Disitu aku lihat seorang laki-laki bertelanjang dada.Sebagai cowok homosex maka langsung saja mataku jadi ijo [hijau] melihat ada lelaki telanjang dada. [Ha..Ha..Ha..]. Waktu aku cermati, ternyata laki-laki itu adalah Bang Benny. Maka aku pun memundurkan mobilku ke belakang untuk keluar dari antrean dan parkir di sudut lain.Aku turun dan pura-pura mau ke toilet.Bang Benny masih ber -diri di situ,entah sedang melakukan apa.Aku jalan mendekat dan menyapanya:
"Lagi ngapain Bang ?", rupanya Bang Benny masih kenal aku,karena sejak aku jumpa dia aku sudah sempat mengajaknya ngobrol waktu aku mengisi bensin, mungkin dua atau tiga kali dan aku selalu memberinya tip besar. Bang Benny menjawab dengan ramah :
"Mau mandi, Mas", agaknya Bang Benny mandi di lokasi pompa bensin itu. Aku pun berusaha keras untuk memperpanjang kontak dan interaksiku dengan dia. Maka aku melanjutkan pembicaraan :
"Nginep disini ya, Bang?".
Bang Benny menjelaskan bahwa hari itu dia jaga di pompa bensin sampai malam, karena itu dia mandi sore di situ. Pompa bensin itu buka 24 jam dan selalu ada petugas yang jaga [piket]. Sambil ngobrol,diam-diam aku pun mencuri pandang keindahan tubuh abangku yang tercinta dan bertelanjang dada itu [ta'i!]. Tubuh Bang Benny sungguh indah.Otot-dadanya amat menonjol kedepan,belahan dada -nya bagaikan suatu "lembah" atau "lekukan" [crest] yang 'dalam' di antara kedua bukit dadanya. Puting susunya ketat, tegang, dan melenting. Ingin rasanya aku menjilat mengelus,meremas dan menggutil-gutil puting-susu,tetek,nenen atau nipple abangku Itu[ta'i!].Perut Bang Benny rata, tetapi bertonjolan otot-otot yang membentuk pola six-packs [Agh!Indahnya!].Pinggangnya ramping dan kencang. Kedua lengannya besar dan kekar dan waktu Bang Benny mengangkat lengan-nya ke atas untuk melakukan sesuatu aku menampak secercah bulu keteknya yang lebat di bawah lengannya yang kekar, tapi enak dilihat [dan mungkin nikmat juga kalau dijilat?]. Seakan-akan jadi tanda dan jadi bukti kedewasaan dan kelaki -lakian Bang Benny yang sempurna.
Karena Bang Benny masih mau melayani obrolanku,maka aku berusaha untuk memperlama kontak dan obrolanku dengan Bang Benny yang perkasa itu! Aku pun pura-pura tanya dimana tempat istirahat petugas yang piket. Petugas piket ada dua orang dan kalau tidak banyak pembeli, mereka bisa gantian tidur.
Bang Benny berbaik hati menunjukkan sebuah kamar di dekat kami berdiri. Aku melongok ke dalam kamar sialan itu - mungkin ukurannya hanya 3X4 meter saja. Ada sebuah tempat tidur di situ. Waktu kami berdua sudah berada di kamar itu - aku menyelipkan uang Rp 100.000,- di saku celana jeans Bang Benny.Dia sudah tahu bahwa aku memberinya tip,sebab aku sudah beberapa kali melakukan yang seperti itu - karena itu Bang Benny menyampaikan terima kasih.
Di dalam kamar sialan itu nafsu berahiku menggelagak naik ke otak, darahku seakan mendidih dibakar nafsu berahi yang membara dan menyala-nyala! Aku nekat melingkarkan tanganku di pinggang Bang Benny.Tubuhnya yang telanjang -dada itu terasa nikmat bersentuhan dengan lenganku yang ditutupi baju lengan pendek Dia bergidik mungkin karena geli dan kaget.Pintu kamar sialan itu dalam jangkauan tanganku,karena itu pelan-pelan pintu aku tutup dengan tangan kiriku dan aku kunci dengan mendorong selorokan penguncinya.
Aku memindahkan posisiku di depan tubuh Bang Benny yang telanjang dada itu dan tubuhku aku rapatkan,wajahku aku benamkan di samping kanan kepalanya. Bang Benny membiarkan saja aku berbuat begitu. Apakah mungkin berkat uang Rp 100.000,- yang sering aku selipkan di saku celananya atau mungkin Bang Benny adalah seorang yang penuh pengertian atau dia juga gay atau bi-sex?
Aku mencoba mengendus-ngendus untuk mengetahui bau badan atau bau ketek Bang Benny tapi tak tercium apa-apa olehku - padahal bulu-ketek Bang Benny lumayan lebat!Kedua lenganku aku selipkan melalui sela-lengannya di kiri dan kanan, lalu tubuh depanku aku rapatkan ke tubuh depan Bang Benny yang ber-telanjang dada! Agh! Nikmat Aku bahagiaa sekali! Pelan-pelan aku berjongkok, lalu melepaskan kait-kait celana jeans abangku itu,membuka risletingnya,dan memplorotkan celana serta kancutnya,sampai terjela-jela di bagian pergelangan kakinya!Akupun mulai menampak kontolnya yang sungguh besar dan disunat ketat.Jembutnya tebal, hitam,tumbuh rapat-rapat dan luass! Agh! Indah ! Untuk memudahkan manuverku aku berlutut dan aku mulai menjilat-jilat dan mengisap kontol abangku itu bagai seekor kucing yang sedang menjilati anaknya yang baru lahir..
Kontol Bang Benny tampak makin menegang, mengacung, hampir menempel ke hamparan jembutnya.Akupun menjilat,menjilat dan menjilat dan samar-samar aku dengar suara desis dari mulut Bang Benny,akibat rasa nikmat di kontolnya:Hhsst! Hhsst!Hhsst! Lalu disusul suara mengeluh atau melenguh seperti kerbau sedang memamah biak : MMMPH! MMMPH! MMMPH! Sementara itu, ketika aku sedang asyik dan sibuk menjilat-jilat dan mengisap kontolnya, aku rasakan tubuh Bang Benny seperti mengejang-menggelinjang dan pinggulnya didorong-dorongkan ke arah mulutku, disusul keluarnya pejuhnya: CROOOOOOOT! CROOOOOOOOT! CROOOOOOOT! dari lobang-kencing Bang Benny. Pejuh Bang Benny muncrat dan berceceran di lantai,sebagian menceceri bajuku,bibirku dan mulutku. Semua pejuh Bang Benny yang masuk mulutku dan bisa kutelan,aku telan!Terasa agak lender,agak manis dan bau pejuh! Tapi aku bangga dan bahagiaaaa sekali!
EPILOGUE
Menurut Rey, sejak kejadian itu, dia sering "menengok" Bang Benny di pompa bensin. Hubungan mereka berdua berkembang menjadi cinta antara dua orang yang sejenis! Di kamar piket sialan itu mereka melakukan segala sesuatu yang mereka sukai paling tidak tiga kali seminggu !

Arabian Night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7 lebih sedikit. Pantai Jimbaran dengan puluhan café mulai diterangi cahaya ribuan lilin dari meja-meja yang bertebaran sepanjang pantai. Pemandangan begitu indah, langit makin gelap dan bintang-bintang bertaburan, suasana sungguh romantis. Kami duduk berlima, 2 orang dari Jakarta, seorang asli Bali dan seorang Arab tua, pengusaha perbankan dari Jeddah. Makan malam itu sempurna, aneka makanan laut lumayan baik, minuman segar dan terlebih suasananya sangat menyenangkan. Tak jauh dari meja kami duduk berombongan 12 pemuda berwajah Timur Tengah, mereka rupanya sungguh-sungguh dalam suasana berlibur, bersenda gurau dengan beberapa botol bir dan beberapa gelas arak madu. Selesai makan malam, kami melangkah pulang, tetapi teman Arab kami bergegas menghampiri rombongan Timur Tengah tadi. Ia melambaikan tangan kepadaku, karena ia satu hotel mau tak mau aku mengikuti kemauannya, sedangkan teman lain segera pulang dengan kendaraan yang terpisah. Rupanya rombongan tadi berasal dari Jeddah, si Arab tua memperkenalkan aku kepada yang lain, acara minum dilanjutkan. Mereka terbahak-bahak dan bercakap-cakap dalam bahasa Arab yang sama sekali tidak aku mengerti, kelihatan beberapa dari mereka sudah mabuk, mungkin mereka tidak biasa mengkonsumsi alcohol dalam jumlah tinggi seperti aku. Akhirnya malam semakin larut sebagian dari mereka matanya berat dan minta pulang. Aku yang selama ini diam saja, memapah seorang Arab muda belia yang sempoyongan, kulitnya bersih, dagunya berjenggot potongan rapi. Jantungku berdetak keras, dalam hati aku berdoa supaya salah satu dari mereka ada yang nyangkut ke kamarku. Nasibku sungguh baik, Hotel mereka ternyata sama dengan tempat aku menginap, semakin keras doaku berharap maksud cabulku dikabulkan. Ternyata memang keberuntungan berada dipihakku si Arab tua harus memapah 2 orang menuju kamar mereka yang selantai dengannya. 3 Arab muda lain sempoyongan digeret 5 temannya, aku sendiri sekuat tenaga menyeret Arab muda yang sleyengan dengan mulut komat-kamit, seorang temannya berjalan setengah tidur setengah mepet ke dinding takut jatuh. Kamarku terletak tidak jauh dari lift, jadi langsung saja kubuka pintu dan mendorong Arab mabuk tadi ke dalam kamar, sebelum aku menutup pintu, Arab muda yang tadi merapat ke dinding keburu masuk. Ya sudahlah 2 ekor Arab bejinjing sudah masuk perangkap. Aku segera mematikan lampu besar dan membiarkan lampu duduk menyala temaram. Aku melepas pakaian dan terbiasa membasuh badan sebelum tidur. Beruntung kamarku berisi twin bed, seekor Arab muda menggelepar di atas tempat tidur, seekor lagi ndlosor di atas lantai. Aku mengambil handuk kecil, membasahinya dengan air hangat, lantas membasuh muka si Arab di tempat tidur. Bajunya kubuka, tangan, dada dan punggungnya aku lap pelan-pelan, Arab mabuk itu diam saja, bau harum minyak wangi mahal merebak dari tubuhnya yang langsat dengan bulu-bulu menggiurkan dari dada sampai perut, punggungnyapun berbulu. Aku menaikkan celananya supaya aku dapat membersihkan kakinya, Arab itu menurut saja. Keberanianku timbul, dengan hati-hati kulepas ikat pinggangnya, menarik retsleting dan melepas celananya. Arab muda itu pasrah saja, aku terpaku mencari-cari alat vitalnya yang terbungkus celana dalam longgar sampai ke paha. Karena dia diam saja aku lebih berani, kutarik celana dalam itu dan mengintip kemaluannya, sayang ia mengepit, menekuk batang kontolnya diantara paha. Aku takut kalau kupaksa menarik batang kenikmatan itu ia bangun dan ia meninjuku. Sedang aku berpikir cara yang paling baik untuk menyaksikan alat vitalnya tiba-tiba si Arab di lantai mengucapkan sesuatu dengan keras. Aku menjadi ketakutan, kemudian aku menghampirinya, rupanya ia sudah mabuk berat. Aku segera kembali ke kamar mandi, meremas handuk dengan air panas, kembali dan melepaskan sandal dari kaki si Arab di lantai, mengelap mukanya melepas bajunya, melepas celananya dengan sikap sehalus mungkin. Si Arab tiba-tiba menangkap tanganku dan menarikku ke lantai, jantungku kembali berdetak kencang. Aku membiarkan tanganku dipegangnya, kemudian pelan-pelan aku menarik dia dan mendorongnya ke atas tempat tidur kosong di samping Arab yang sudah terlelap. Setelah kupandang lama, ternyata Arab yang terakhir ini lebih ganteng dan gagah. Tanpa baju dan celana panjang nampak tubuhnya yang atletis, bulunya hanya ada diketiak dan sejumput diantara pusar hingga batas celana dalam….sexy sekali. Aku dengan tegang mengelap perut dan pahanya, lantas dengan hati-hati berusaha menurunkan celana dalam putihnya bermerk Calvin Klein. Belum sempat aku menurunkan celana CK itu tiba-tiba ia sudah lebih dahulu melepas celdal itu dengan cepat dan melemparnya ke lantai. Kini tubuh Arab itu menggeletak mengangkang telanjang mengundang birahiku yang melambung. Pandanganku focus ke alat vitalnya, menikung ke kiri seperti pisang Ambon…….duuuuuh belum hidup segede gitu, gimana kalo ngaceng ? pikirku dengan gemas. Aku berdoa berterima kasih sambil memohon restu agar semua berjalan lancar. Kunyalakan AC sampai pol, menyelimuti Arab pertama lantas aku membaringkan diri di sebelah Arab kedua yang sudah telanjang bulat, kutarik selimut menutupi tubuh kami berdua, memeluknya dan menciumi keteknya yang harum bukan buatan. Kuharap Arab itu tidak bangun dan tidak sadar, kemaluanku sudah ngaceng bukan kepalang, kuciumi dadanya, perutnya di balik selimut, Arab itu hanya bergerak sedikit, lantas ia nampak seperti orang mati. Aku makin berani kuraba kemaluannya dan memegang kepalanya, sekejab saja kontol itu hidup…. mengeras dan makin keras akhirnya kontol Arab itu berdiri tegak sempurna. Sungguh mati aku kegirangan, aku semakin berani…kucium kemaluan itu berkali-kali kukecup dan kukecup, akhirnya aku tak dapat menguasai diri. Kujilat kepala kontol itu dalam kegelapan selimut, kujilat batangnya berulang-ulang. Tak henti-hentinya aku dalam hati mengucap terima kasih sambil berharap si empunya kontol itu tidak bangun. Dengan penasaran kusibakkan selimut untuk melihat sebesar apa kontol Arab itu ! dengan terbelalak baru kusadari panjangnya dari ujung telunjukku hingga pergelangan tangan lebih 2 ruas jari. Bentuk kepalanya agak runcing, mungkin ia sering onani, tanpa malu-malu kepala kontol itu aku masukkan mulut, lidahku segera menari-nari kekanan kekiri. Ada 5 menit aku mengulum kemaluan itu sampai aku ngos-ngosan. Rasa penasaran dan serakah membuatku ingin tahu besar mana kontol yang sedang kunikmati atau kontol Arab yang satu lagi, lantas aku mindik-mindik pindah ke ranjang sebelah, selimut aku sibakkan dan tanganku merogoh selangkangan Arab ini. Ia hanya melek sebentar lantas memejamkan mata dengan acuh. Aku makin beringas, kuturunkan celananya…..ya ampuuuuuun……..dweeennng ! seperti katapel kontol itu melompat………sudah ngaceng ! aku menjadi bingung yang ini gede yang itu panjang, dua-duanya membuatku terpesona dan semakin liar. Sudahlah daripada hilir mudik, kontol Arab ini saja kugarap terlebih dahulu. Maka dalam keremangan cahaya lampu aku segera mengerahkan kemampuanku menjilat mengulum kontol dengan rakus…mumpung yang punya nggak sadar ! kepala kontol itu kugesek dengan lidah dibagiannya yang paling sensitive, kujilat kepala, batang dan kulahap kepalanya yang seperti biji nangka. Kumasukkan kepala dan batang kontol gemuk bulat lucu itu semau gue, meski agak susah namun mati-matian aku mengulum kemaluan itu sehalus dan senikmat-nikmatnya. Sepuluh menit lebih sedikit aku berjuang, mendadak si Arab meregang aku mendorong kontol itu sedalam-dalamnya ke rongga mulutku dan crooooooooottt……… croooooooottttttttttt………. crrrorooooottt………. ia memuntahkan sperma berkali-kali…..air maninya banyak luar biasa banyak…. Aku harus meneguknya 4 kali baru terasa tiada sisa dalam mulutku. Kupandang Arab ini, ia terengah-engah dan sekejab terlelap kembali. Aku pindah ke ranjang semula, menyelimuti diriku sambil mendekap si Arab ganteng. Tak kusangka ia memiringkan badan, meraih tubuhku, dengan mata terpejam ia mencari-cari pipiku, mengecupnya, lantas bibirnya merekah mencari-cari bibirku. Jantungku yang baru saja berdetak normal rasanya kembali kencang, tanpa malu-malu aku memeluk lehernya dan menjejalkan mulutku di bibirnya yang menawan. Kami saling berkulum berciuman, saling menjilat dan menggigit kecil, tangannya mulai grayangan mencari-cari pantatku. Tanganku yang terlatih langsung merayap dan meremas alat vitalnya yang sudah berdiri dan keras seperti batang pohon, terasa urat-uratnya yang menonjol. Aku menciumi dada dan perutnya, bibirku merayap dan sampai di kepala kontolnya. Kujilat lagi seperti tadi dan kumasukkan mulut, sayang hanya setengah yang bisa masuk ke mulutku, saat kumainkan dengan lidah, si Arab mengangkat kedua pantatnya sehingga tenggorokanku tersedak, buru-buru kucabut kontolnya. Kukocok-kocok sehingga Arab itu mendesis-desis sambil menjenggut kepalaku, ia mencium kepalaku, menariknya dan mencium keningku, sekali lagi ia mengulum bibirku, tangannya yang atletis mengilik pentilku. Aku mengikik kegelian, ia menunduk mengulum dan memainkan pentilku dengan lidah. Ternyata ia sudah berpengalaman, caranya memegang tubuhku dan mengelus punggung membuat aku melayang…….rasanya indah……mesraaaaaa !! Ia menarik tubuhku ke tengah ranjang menciumi perutku, jembutku, pahaku, bahkan ia menaikkan pahaku tinggi-tinggi. Pahaku digigitnya berulang-ulang kanan kiri kanan kiri dijilat digigit membuat aku kegelian dan merengek-rengek menahan nafas. Arab ganteng itu menjilati biji zakarku membasahi bijiku dengan ludahnya, selangkanganku, bahkan ia menjilat anusku dengan penuh nafsu. Kemudian ia memintaku telungkup, ia menggigit-gigit punggungku, pantatku, Ia melebarkan kedua pantatku sehingga dengan leluasa ia menjilati lubang anusku sekali lagi, dua kali bahkan berkali-kali. Aku memekik kegelian dan merasa nikmat tak terkira, ludah yang mengalir turun perlahan melintasi biji pelerku…..rasanya aku tak kuat menahan geli. Belum habis rasa geliku tiba-tiba Arab ganteng ini sudah tiarap di atas tubuhku, dengan kekuatan tubuhnya ia mendesakkan kemaluannya ke lubang anusku yang sedang kegelian. Aku terlonjak kaget, namun tubuh Arab ini lebih kuat dariku, sekejab saja kepala kemaluannya sudah menancap di lubang anusku yang basah oleh liurnya. Ia memeluk tubuhku demikian kuat sambil menghujamkan kontolnya sedalam mungkin. “Aaaaaaaaaaahh……..”aku menjerit menahan nyeri, Arab itu mendekap mulutku dengan tangannya yang kekar, sambil terus menghujam menarik menghujam kontolnya yang terlalu panjang. Percuma aku berteriak karena dekapan tangannya menyumpal erat mulutku, berontakpun aku tak sanggup, akhirnya aku hanya dapat melelehkan airmata menahan rasa sakit yang tak terkira. Arab jahanam itu seperti kuda kesurupan, ia menusukkan kemaluan dan menariknya dengan gerakan sangat cepat seperti mesin jahit ! sesekali ia menggigit tengkukku, sebelah tangannya menggenggam leherku. Setiap kali ia menarik kontolnya aku menahan nafas, setiap ia menghujam kontolnya masuk aku terbelalak ! demikian berkali-kali Arab jahat itu mengobrak ngabrik anusku ! sekali dua kali dia memutar-mutar kontolnya naik turun atau ke kanan dan ke kiri, anusku diacak-acak sedemikian rupa sehingga isi perutku rasanya mau keluar. Tiba-tiba ia mengurangi kecepatan entotannya, perlahan semakin perlahan, gerakannya dibuat lamban sehingga aku merasa agak lega. Baru saja aku mau menarik nafas mendadak Arab sinting itu menghajar lagi anusku dengan cepat-sangat cepat…..clep clep…clep..clep…clep…clep…clep.....paha Arab yang berkeringat saling beradu dengan pantatku, suaranya nyaring di tengah keheningan malam. Aku hanya bisa merintih meringis digasak Arab gila yang kesetanan dan haus sex. Hampir setengah jam aku harus menikmati doaku yang terkabul…..”ooooooooh….” aku melolong ketika dengan sangat kasar ia membebaskan mulutku, kedua tangannya di letakkan di atas bahuku, dengan posisi seperti orang push-up ia mendera tubuhku dengan genjotan yang luar biasa cepat dan keras. Aku rasa seluruh batangnya sudah masuk ke dalam anusku…ditarik digesek dibenamkan dalam-dalam dengan kecepatan tak terkira, Arab itu mulai menggigil, merintih dan akhirnya ia memelukku dengan kuat, menggigit tengkukku sesuka-sukanya sambil menyemprotkan air mani……..breeeeeetttt………..preeeeeeettttttt……sreeeetttt……creeeeeettttt… creeeeettttt…….anusku rasanya seperti diserbu air kencing yang kental dan hangat. Lantas ia terkapar di atas punggungku tanpa melepaskan kemaluannya, aku sengaja mendenyut-denyutkan anusku agar kontol jahanam itu copot, Arab itu malah memelukku kuat-kuat, ia memainkan lidahnya di telingaku, aku menjadi merinding. Sebentar kemudian kontol itu ditarik dari anusku yang morat marit, ia berbaring sambil memegang tanganku, kemudian ia berdiri menarikku mengajak ke kamar mandi. Ia menyalakan shower, memandikan aku, menyabuni aku, menyeboki anusku yang perih bukan kepalang, membilasnya dan mencium keningku, pipiku dan bibirku. Lantas ia minta dimandikan, aku menggosok punggungnya, perutnya selangkangannya, batang dan kepala kontolnya aku sabuni dengan hati-hati, aku membiarkannya membilas diri. Kusiapkan handuk, ia mengambil handuk itu dan mengelap tubuhku lebih dahulu, setelah itu barulah ia mengeringkan badannya dengan handuk. Sebelum naik ke ranjang, ia menarik sprei yang basah dengan sperma berleleran, menarikku tidur di samping tubuhnya. Pelukannya membuat aku merasa seperti kanak-kanak yang dilindungi penuh kasih sayang. Meski sudah sering tidur dengan pemuda Arab, namun baru sekali ini aku menemukan seorang Arab yang romantis abis. Rasanya menjadi impas, kekejian dan kekejamannya saat menyetubuhi diriku dengan cara ia memperlakukanku penuh kelembutan. Aku berbaring aku baru ingat, aku sama sekali tidak tahu namanya, sambil membayangkan bagaimana kelanjutannya besok ? Apa yang akan terjadi bila Arab muda di samping ranjangku bangun ? Selagi melamun, si Arab yang baru saja mengentotiku tiba-tiba mencium bibirku sekali lagi, lantas ia menyentuh mataku menyuruhku tidur dalam pelukannya. Aku memejamkan mata dan segera terlelap dalam buaian indah

6 Jam Di Jogja


Ini bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.
Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di undang. Para Vipiawan dan Vipiawati dari Jakarta sebagian berangkat barengan dengan pesawat Garuda ke Jogja, sebagian lagi menyusul kemudian. Aku termasuk rombongan pertama yang, sambil menunggu teman-teman lain datang, kami check-in di Hyatt Regency Jogjakarta.Saat itu masih jam 11 pagi, Iwan Tirta, pemimpin rombongan kami, memberi pilihan, ikut bersamanya jalan-jalan atau mau tetap di hotel. Aku memilih yang kedua, sementara mereka pergi ke downtown, aku mandi dan memilih pakaian yang akan kukenakan. Kutelpon bagian binatu meminta pakaianku disetrika, lama kutunggu petugasnya tidak datang juga.
Akhirnya aku turun dari kamar dan mencari laundry room, di tengah lorong menuju laundry room aku berpapasan dengan seorang lelaki muda memakai setelan olahraga, jenggotnya rapi, kumisnya rapi, meski berkeringat ia tercium harum semerbak. Aku menyuruh petugas menyetrika pakaianku dan mengantarnya ke kamar, setelah itu aku menuju coffee shop di bawah. Hyatt Regency Jogja tidak sementereng namanya, bangunannya biasa bahkan sederhana. Sambil duduk memesan hidangan mataku memandang ke luar, agak jauh terdapat lapangan golf. Tiba-tiba mataku terpaku pada lelaki muda yang berpapasan denganku di lorong, ia sedang jalan dari taman ke bangunan hotel. Aku mengamati wajahnya, hidungnya bangir, matanya dalam dan aku menebak, lelaki ini pasti dari Timur Tengah “……..hhhhhmmmmm……siapa takut ?”
Lelaki itu mendorong pintu kaca dan masuk coffee shop, peluhnya berleleran, ia menyapu pandang mencari tempat duduk rupanya. Coffee shop sepi, hanya ada 3 meja terisi. Dengan penuh percaya diri kulambaikan tangan, lelaki itu mendekat dan berdiri di depanku “ada apa ?” ia bertanya dengan galak, aku menjawab :”silahkan duduk di sini, temani saya sambil menunggu teman yang lain datang” Ia ragu sejenak, tapi kemudian ia menarik kursi “kamu asal dari mana ?” ia bertanya lagi, aku menjawab : “saya orang Indonesia, kamu dari mana ?” ia hanya mengangguk-ngangguk. Pelayan datang dan ia pesan orange juice, lantas lelaki muda ini berkata :”ya, kelihatan caramu berpakaian tidak seperti orang di sini” Kami berbicara masih kaku, aku tahu dia ragu karena baru mengenalku, aku mengamati wajahnya yang tidak terlalu maskulin, tetapi memang tampan. Tubuhnya semampai agak kurus, tapi kelihatan bersih dan orang baik-baik.
Aku berpikir-pikir mencari cara singkat membuatnya santai, lantas aku mengatakan : “temanku minta pijat, aku sudah tunggu lama dia tidak datang juga, untung ada kamu, bisa ngobrol tidak sendirian” Ia menatapku dan berkata seolah tak percaya :”apa ? kamu bisa mijat ? belajar dari mana ?” aku menunduk, menjawab sambil lalu : ”dari Thailand, aku kursus berijazah” Lelaki itu menepuk meja dengan telapak tangannya : “oh ya kita belum kenalan, saya Amir Chaudry, keluarga kami pedagang karpet dari Pakistan, namamu siapa tukang pijat ?” katanya sambil tertawa ramah, “Herman, saya kira kamu dari Arab sana” jawabku. “Baguslah Herman, saya sudah 2 hari ini mencari tukang pijat yang baik, tapi belum tahu cari dimana, di hotel ini terus terang terlalu mahal” katanya lagi. Aku buru-buru menjawab :”Saya memijat bukan karena cari uang, tapi karena persahabatan”
Amir Chaudry sama seperti orang Pakistan lainnya, ketahuan pelit, senyumnya semakin lebar, giginya yang indah berkilau-kilauan. “Wah saya sangat tersanjung, sangat bahagia dibilang sahabat” cetusnya, kedua tangannya dikibarkan ke atas bahagia. Tanpa membuang waktu aku memanggil pelayan, membayar pesanan meja kami, karena aku yakin Amir tidak akan membayarnya. Lantas aku katakan kepada Amir :”saya ada waktu tidak banyak, kalau teman saya tiba-tiba datang, aku tidak bisa pijat kamu, jadi apakah mau dipijat sekarang ?” Amir membelalak seolah tak percaya, ia menegaskan kalau ia tidak akan membayar pijatanku, katanya :”sekarang ? sebagai sahabat ? tentu saja ! asal betul-betul tanda persahabatan ya !”
Aku berdiri dan berjalan duluan, Amir buru-buru mengikutiku. Sampai di kamar Amir duduk di pinggir tempat tidur menunggu isnstruksi. Aku membuka pintu kamar mandi dan menyalakan air dalam bathtub. “Amiiiiirrrrrr……….” Aku memanggilnya, ia melongok dan aku menyuruhnya mandi, Amir menurut, membuka baju dan celananya, aku mengamati dari kamar, ia ragu-ragu melepas kolornya. Busa badedas yang semerbak dan bergulung-gulung segera memenuhi bath-tub, aku menyuruh ia segera nyemplung dan membiarkan ia sendirian di kamar mandi. Lima menit kemudian aku masuk kamar mandi yang tak dikunci, Amir sedang berendam dengan asyik, ia menggosok-gosok lengan, perut dan pahanya.
Aku duduk di tepi bath-tub menyuruh ia memunggungi aku, lantas perlahan-lahan aku memijat punggungnya, hati-hati dengan tekanan penuh. Tengkuknya aku pijat, turun lagi ke bawah, demikian berulang-ulang. Amir merasa sangat nyaman, matanya tertutup merasakan pijatanku. Kemudian aku menyuruhnya meluruskan kaki, sehingga posisinya berbaring penuh di dasar bath-tub dengan kaki selonjor muncul ke atas. Pergelangan kakinya aku mulai pijat, cukup lama 5 menit, setelah itu naik ke betisnya dan sedikit pahanya, demikian berulang kali. Lantas aku berpura-pura minta ia menjulurkan sebelah kaki yang lain, aku tahu posisi itu tidak memungkinkan, jadi aku mengambilkan handuk “bilas badanmu, aku pijat di tempat tidur saja” kataku sambil berdiri dan meninggalkannya begitu saja.
Aku duduk merokok, membuka mini bar dan berusaha menenangkan jantungku yang berdetak sempoyongan. Kutuang vodka dan kutenggak, Amir masuk dan menegurku :”Astaga kamu minum alcohol ya ?” aku menjawab sambil menatap lilitan handuk dipinggangnya “ya, kadang-kadang saya minum, kamu mau ? demi persahabatan ?” mulanya Amir menolak, ia meringis “Tidak, tidak…tidak, saya hanya minum untuk acara yang sangat penting !” keberanianku mulai timbul setelah menenggak vodka, aku menyahut :”betul….kamu betul Mir, saya minum karena ini acara penting, tanda dimulainya persahabatan denganmu…” kataku sambil mengangkat gelas….Amir tak dapat menolak, ia meraih gelas dan menenggaknya :”aaaaahhhh….!” Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Lantas ia melompat ke atas tempat tidur seperti penerjun payung, handuknya tetap melekat erat di pinggang.
Dengan percaya diri, aku berdiri dan merenggut handuk itu, kututup melintang di atas pantatnya, dan mulailah aku memijati lagi punggungnya hingga ke pantat, tumit kaki, pergelangan betis hingga paha, pindah ke tengkuk, lengan dan jemarinya. Akhirnya jemari Amir aku pijat dengan sebelah tangan, sebelah tangan lagi aku memijat pahanya, terus naik-naik-naik merembet hingga menyentuh bijinya. Demikian berulang-ulang, sampai jemari Amir tiba-tiba mencengkeram jariku, ia membalikkan badan menatapku dengan penuh harap dan permintaan. Handuk tersibak dan perkakas Amir sudah berdiri melengkung seperti ketimun. Ia menarik tanganku dan meletakkan di atas perutnya, lantas digeser turun sampai ke jembutnya yang setengah dicukur. Aku terpana menatap dadanya yang rindang berbulu hingga ke pusar, disambung bulu halus sampai ke jembutnya. Amir meregangkan kakinya, tampak paha-pahanya yang mengapit biji salak kemerah-merahan.
Aku tersenyum, Amir tersenyum, ia menarik dan memelukku :”demi persahabatan……..lakukanlah…..lakukanlah sekarang” Ia mengelus pipiku dan mencium keningku, tangannya menarik celanaku dan meremas kedua pantatku. Aku melepas kaosku, Amir langsung menjentikkan jarinya ke putingku, aku menunjuk dan Amir langsung melahap putingku, menjilatnya mengulumnya sehingga aku bergidik kegelian. Amir menarik lagi tanganku, diarahkan ke alat vitalnya, kugenggam ……hangat….keras..berdenyut-denyut seperti jantungku !
Kami saling menindih, berciuman, memainkan lidah dan menggesek alat vital, rasanya indah, luar biasa, mesra !! Amir berbisik :”saya ingin sex yang indah, jangan buat saya kecewa…..!” aku mengulum kupingnya sambil balas berbisik : ”tentu…tentu…saya bikin kamu bahagia…saya janji….!” Amir mencium leherku, menggigit telingaku dan berbisik lagi :”janji…2 kali ya….sekali di mulut, sekali di lubang surga, ditambah bonus penutup….saya semprot didadamu…ok ?” Aku hanya mengangguk pasrah, 4 atau 5 kalipun aku ladeni, kataku dalam hati.
Puas kami bercipokan, Amir menggiring bibirku ke perutnya, segera kukulum bulu-bulu di dekat pusar, merambat turun dan terus turun, sambil kugenggam batang kontolnya kujilat kepala kemaluannya dengan lidah menari-nari perlahan dan makin cepat, akhirnya kontol itu kupakai seperti sikat gigi, kugosok lidahku di bagian yang paling sensitive. Amir meringkik kegelian, ia menutup mulutnya sendiri, ia tidak kuat menahan nikmat, menahan rasa geli dan rasa enak yang tak karuan. Sesaat ia menarik nafas kujejalkan kontol itu dalam-dalam ke mulutku, ia terpekik, aku biarkan saja, kumainkan lidah di dalam mulut sambil menarik dan mendorong kontol sepanjang sejengkal lebih sedikit itu. Amir memukul-mukul punggungku, sesekali ia mengelus kepalaku, sesekali ia menaikkan lututnya, lantas ia buru-buru menutup mulutnya lagi, kalau tidak ia pasti menjerit keenakan.
30 menit aku bermain dengan alat vital Pakistani itu, terasa cape juga, aku mengulum kontol Amir sambil mengocok batangnya. Rupanya Amir juga sudah tidak tahan, ia menyuruhku berbaring, ia duduk diatas dadaku, kemaluannya yang panjang dan melengkung dijejalkan ke dalam mulutku, tentu saja yang masuk hanya setengah, Amir menyuruh aku mengocok setengah batang sisanya, lantas ia bergoyang maju mundur, sesekali memutar-mutar pinggulnya. Ia memintaku mengocok lebih cepat dan lebih cepat, Amir menggoyang pantatnya maju mundur secepat-cepatnya, aku hampir terpekik karena batang kontolnya masuk begitu dalam……belum sempat aku mencabut kontol itu Amir memekik sambil melepaskan spermanya………crrrrrrooooooooooooootttttt……... crrroooooooooooooottt………… croooooooooootttttt, mulutku banjir oleh sperma, sudah kutelan berkali-kali sperma itu tidak habis juga, kulepas kontol Amir dari mulutku dan kukocok-kocok……….crrrroooooooooootttt …..!!!! ooooh kontol itu masih mampu menyemprotkan sperma lagi, kujilat dan kujilat kepala kontol yang berleleran sperma hingga ke batang dan biji-bijinya, Amir menjambak kepalaku dan mendorong ke selangkangannnya sambil mengeluh : ”oooooooohhh…..oooooohhhh……ooooohhhhhh……..!”
Amir membanting dirinya ke kasur, menarik tubuhku dan meremas-remas dadaku, pantatku dan mengilik-ngilik lubangnya sehingga aku meronta-ronta kegelian. Lidahnya menari-nari di atas putingku, leherku, pipiku dan akhirnya bibirku dikulumnya, ia menjilati sisa sperma dan memasukan dengan lidahnya kemulutku. Ia berbisik :”hebat…hebat….sangat hebat…memuaskan…..hebat” tangannya mengusap-ngusap tubuhku dan jemarinya memainkan putingku lagi. Ia menyedot pentilku sambil memainkan alat vitalku yang ngaceng kendor ngaceng kendor, kali ini aku ngaceng abis-abisan dikocok tangannya yang perkasa, entah ia belajar dimana tapi ia bisa mengocok sekaligus memainkan bijiku. Aku megap-megap kegelian dan keenakan. Amir menyedot-nyedot puserku dan menjilati jembutku, tapi ia tak mau mengulum kontolku, ia hanya mau menjilati pahaku dan……..lubang anusku, oooh rasanya seperti melayang di angkasa !
Amir pandai sekali membuat orang mengelijang, aku mendesis-desis keenakan, kontolku sudah hampir muncrat, Amir mengocok sambil menjilati lubang anusku…persis di lubangnya…….aku mengelepar tak kuasa menahan diri….akhirnya, creeeeeeeeeeeeeeeeettt……creeeeettttttttttt……cccreeeeett… air maniku meletus…..melayang tinggi…..dan berjatuhan ke atas pundak dan punggung Amir. Aku buru-buru menarik wajahnya menciumnya, Amir menindihku sehingga rasa nikmat semakin menjadi, ia menindih sambil melebarkan ke dua pahaku, ia menyelipkan alat vitalnya persis di bawah bijiku. Aku sudah tidak peduli, karena rangsangan yang Amir lakukan membuat aku pasrah sumarah. Aku hanya sempat mengintip, kontol Amir sudah tegang lagi, ketika kugenggam terasa hangat.
Amir membasahi kontolnya dengan ludah, dengan sisa-sisa sperma, lubang pantatku yang sudah basah oleh liurnya segera merasakan sebuah benda kenyal, tegang, berdenyut-denyut. Kepala kontol Amir masuk dengan mudah, ia mendorong sedikit-demi sedikit, ia melihatku yang melotot kesakitan. Amir menahan diri sebentar, lantas ia menatapku penuh kasih sambil mendorong lagi kontolnya, aku menganga menahan rasa sakit, Amir menunduk, ia mencium bibirku, menjilati jakunku, lantas sekali lagi ia mendorong perlahan. Memang sakit, nyeri, aku mencoba menyesuaikan diri, rasa sakit perlahan hilang, Amir mulai menarik kontolnya perlahan, mendorongnya pelan, menarik lagi dan mendorong lagi. Amir mulai merasa nikmat, matanya terkatup, bibirnya setengah terbuka, gerakannya penuh konsentrasi, aku hanya dapat mengelus pundak dan mencubit punggungnya. Amir merasa khusuk dan syahdu dengan persetubuhan ini, gerakannya konstan, ia takut membuatku kesakitan.
Kira-kira 20 menit aku mengangkang dan Amir memintaku ganti posisi, berdiri menghadap cermin, ia menyetubuhiku dari belakang sambil menatapnya dari cermin, aku juga jadi lebih terangsang. Gerakan Amir kini lebih cepat, sesekali ia mencium atau menjilat bagian-bagian tubuhku. Rasanya indah….indah sekali….! Rupanya sodokan Amir kali ini menimbulkan suara yang agak nyaring….tetapi itu menimbulkan sensasi lebih besar, Amir semakin ngaceng dan tak kuat menahan diri, ia meraba-raba alat vitalku, meremas dan menggenggamnya, gerakan kontolnya juga makin cepat, sekali dua kali dia plintir membuatku perutku terasa berputar-putar. Amir menggerakkan pantatnya maju mundur makin cepat, tengkukku digigit, ia menggeram-menahan ejakulasi…cccccrrrrrooooooooottttttt. ...........ccrrroooooooooooooooooottttttt………cccrrrrrrrrrrrrrrrroooootttt.......... Amir melepas spermanya dalam anusku, ia masih menggenjot beberapa kali, tiba-tiba ia mencabut kontolnya dan menyuruhku jongkok. Amir mengocok kontolnya yang masih tegang kuat-kuat, aku heran kontol sudah nyemprot seperti itu masih tegang juga, Amir sibuk mengocok kontol sambil mendengus-dengus, aku menjilati bijinya dan memain-mainkan lubang anusnya. Semenit, dua menit, tiga menit Amir masih mengocok kontol dengan aku jongkok di hadapannya. Tiba-tiba Amir mendengus lebih keras, ia menarik wajahku dan menggosok-gosok kontol segede timun itu seperti mengelap mobil dan kontol itu terus saja dikocoknya sampai kepalanya kelihatan merah mengkilap, sesaat kemudian Amir meletupkan air pejunya di wajahku, preeetttttttt…….preeeettttt ….crrreeetttt….cccrrrrrrrrooooooottttttt……..cccrrroooottt, air peju Amir menyemprot sesuka hati ……..wajahku penuh peju, berleleran, Amir langsung jongkok dan mencium bibirku yang penuh sperma, ia menjilati pipiku, dengan tangannya ia mendorong pejunya masuk ke mulutku. Ia lantas mengajakku berbaring, memelukku dan tak henti-hentinya ia menciumi wajahku yang belepotan sisa peju.
Sejam lebih kami berbaring, saling meremas jemari, saling memandang, akhirnya Amir tertidur. Aku melihat jam di handphone, sudah jam 2 lewat seperempat. Aku membiarkan Amir lelap, jam 3 tepat aku berdiri menuju kamar mandi, Amir terbangun, kami mandi berdua. Aku agak cemas, takut teman-temanku pulang. Aku mandi dan menyabuni Amir, kemaluan Amir tegang lagi, aku menjentiknya, ia tersenyum dan meminta aku mengulumnya. Aku mengocoknya sebentar, lantas kubilas dan kukulum, Amir menyeringai, kedua tangannya menutup mulut, kujilat semauku kasar lembut kasar pelan cepat dan akhirnya Amir ejakulasi lagi dalam mulutku sambil mendengus panjaaaaaang……..air maninya masih banyak juga ! Kutelan air mani Amir sambil memeluk pahanya kuat-kuat, Amir lantas menciumku lamaaaaa sekali.
Aku mengajaknya berbilas dan berkata :”temanku bisa datang dan muncul sewaktu-waktu” Kami bergegas berpakaian dan aku buru-buru mengajaknya turun ke lobby, Amir kelihatan lesu dan kurang senang melihat sikapku seperti itu sambil menyusuri lobby ia berkata :”kamu luar biasa nikmat, saya menyukai kamu, saya harap persahabatan kita tidak sampai di sini saja” Aku menatap jam di dinding, jam 4.14, kami duduk di lobby Amir menatapku :”sekali lagi saya harus katakan, saya ingin tetap bersahabat denganmu……kapan saya bisa menemuimu lagi” Amir memohon, aku memberi kartu namaku sambil menjawab :”kapan saja kamu boleh telpon saya dan kita janjian untuk bertemu, tapi hari ini dan besok sudah pasti tidak bisa bertemu”
Amir memasukkan kartu namaku dan memberi kartu namanya, ia masih juga memohon :”jadi kapan lagi kita bertemu….kapan ? tolong jawab…..saya bersumpah belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini sebelumnya……sungguh……ooh Herman berjanjilah mau bertemu lagi dan melanjutkan persahabatan kita…..ayolah…!”
Aku tersenyum, memegang tangannya, menggenggamnya dan berkata :”tentu Amir, kamu juga sangat memuaskan bagi saya, saya juga bahagia, bagaimana mungkin saya melupakanmu, percayalah kita pasti bertemu lagi, pasti ada waktunya, besok saya pasti telpon kamu, saya janji..ok ?”
Jam 4.40 rombongan jalan-jalan muncul, suara mereka terdengar dari jauh, rupanya rombongan Vipiawan Vipiawati yang kedua sudah tiba di Jogja, mereka sudah di mobil. Kedua rombongan akan berkonvoi menuju Losari. Teman-temanku, naik ke kamar mengambil barang, Iwan Tirta dan Ardianto memandangku “bagaimana ? jadi ikut atau tinggal di sini ?” mereka menggoda, aku hanya tersenyum. Aku berpamitan pada Amir, mengambil barangku di kamar, Iwan Tirta menyusul, di dalam lift ia mencubit pantatku sambil tertawa.
Sebentar saja di atas kami segera turun, berkumpul dan check-out. Amir menungguku di lobby, ia kelihatan sedih harus berpisah denganku. Aku menyalaminya dan sekali lagi berbisik :”pasti besok aku telpon…aku janji…!” lantas aku berlari menyusul teman-temanku. Rombongan kami berangkat menuju Losari, acara makan malam siap menanti.
Enam jam di Jogja memberi kenangan luar biasa, sebuah kebahagiaan memang harus diraih dengan keringat, perjuangan dan kemenangan. Amir dan aku mendapat kebahagiaan setelah berpacu saling menindih, bergulat sampai keringatan, saling menggigit, berjuang mencapai ejakulasi seolah memenangkan pertarungan dan pertempuran sengit di atas ranjang.
Amir dan aku berhubungan dan terus berhubungan, awalnya persahabatan, akhirnya menjadi semacam percintaan. Sex yang kami nikmati memang istimewa, Amir menyukai tubuhku dan caraku melayaninya, aku menyukai alat vitalnya, besar, panjang dan bisa muncrat berkali-kali.

Kelanggenan HTS


Hampir tengah malam ketika Bram sudah hampir memejamkan matanya, tapi dia agak tersentak ketika ponselnya berdering. Sebenarnya ia enggan menjawab di tengah malam seperti itu. “Pasti ini urusan kerjaan lagi,” pikir Bram. Sebagai produser di sebuah televisi swasta, ia memang kerap ditelepon setiap saat untuk urusan kerjaan. Ponselpun wajib selalu aktif, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu.
Bram mengecek layar ponselnya dan segera menjawab dengan antusias. “Hey Timmy, apa kabar… Lama tidak ada dengar dari kamu. Pasti mau ngajak yaaa?”
Percakapan di ponsel itu tidak panjang. Yang jelas Bram segera beranjak dari tempat tidurnya, mengganti singletnya dengan t-shirt, mengambil kunci mobil dan segera menujju garasi. Perlahan Bram membuka pagar, mengeluarkan mobil, dan mengunci kembali pagar rumahnya. Perlahan dia mengemudi menuju kos Timmy.
Timmy memang baru saja menelepon Bram, mengajak untuk having sex di tengah malam itu. Kedua pria dewasa itu memang sudah berteman lama, tepatnya mereka adalah sex buddies. Tiap saat Timmy sedang berlibido tinggi dan membutuhkan penyaluran, dia hampir selalu menelepon Bram.. Dapat dikatakan Bram tidak pernah menolak ajakan sex tengah malam itu. Dua pria ini memang sudah cocok dalam hubungan sex.
Hubungan mereka sudah hampir sepuluh tahun, memang ada masa di mana putus kontak karena salah satu dari mereka sempat bekerja di luar kota atau luar negeri beberapa saat. Pernah juga mereka saling kelihangan nomor kontak. Tapi nasib selalu mempertemukan mereka kembali. Entah sedang berjalan-jalan di mall atau makan di warung yang sama, mereka secara tidak sengaja bertemu kembali.
Yang unik, Bram dan Timmy merasa tidak perlu berpacaran atau komitmen berpasangan monogamy. Mereka hanya merasa puas dan cocok dalam hal sex. Tapi di balik itu, mereka juga cocok dalam bertukar pikiran dan mengobrol, bahkan pernah saling membantu dalam pekerjaan.
Dalam hubungan mereka yang hampir satu dasa warsa, mereka juga tidak pernah sekalipun bertengkar. Di bawah sadar, Bram dan Timmy mungkin merasa justru karena HTS alias hubungan tanpa status itulah maka mereka tetap merasa nyaman satu sama lainnya, karena tidak ada beban untuk cemburu.
Malam itu Bram tiba di depan kamar Timmy dan segera masuk karena menang tidak dikunci. Di dalam gelap kamar, Bram samara-samar melihat Timmy sudah terlentang telanjang di ranjangnya. Bram ke kamar mandi sebentar untuk cuci tangan dan segera keluar sambil melepas t-shirt.dan celana pendeknya. Dia langsung bugil dan menerkan Timmy.
Bram dan Timmy langsung berciuman dan bercumbu dengan panasnya. Meski kedua pria ini sudah berusia 40an, tapi hasrat, nasfu dan tenaga mereka masih seperti umur 20-an. Ditambah karena mereka berdua sudah saling paham kenikmatan dan kebiasaan serta kesukaan masing-masing, hubungan intim mereka selalu berakhir dengan kepuasan bersama.
Dengan penampilan macho dan tubuh ideal, Timmy adalah seorang bottom asli, dia tidak suka menjadi top. Dan sebaliknya, Bram yang juga begitu maskulin dan jantan, tidak tertarik dan tidak berminat mencoba menjadi bottom. Klop lah mereka berhubungan sex.
Bram dan Timmy yang sudah semakin panas bergulat di ranjang.
Timmy membalik tubuh Bram terlentang dan segera menggenggam penis Bram, diisapnya dengan penuh dedikasi sambil jemarinya yang lain memainkan pentil Bram.
Bram dengan mengerang keenakan meremas remas rambut dan kadang juga memainkan pentil Timmy.
Timmy terus mencumbui Bram, dan mulai berganti arah mulai dari telinga, menuju pipi kemudian bibir. Dia lalu ke bawah lagi ke arah ketiaknya dan membuatnya makin terangsang, yaitu aroma laki-laki jantan dengan baunya yang sangat khas sekali. Cumbuanna diteruskan ke arah putting Bram yang berwarna kemerahan dan ditumbuhi beberapa helai bulu, kemudian diteruskan lagi ke arah perut dan menjilati pusarnya hingga Bram mengerang dan bergelinjang-gelinjang kegelian sambil mendesah penuh dengan kenikmatan. Kemudian Timmy kembali baik dan mencium Bram dengan pebuh hasrat sebelum kemudian turun kebawah lagi ke arah penis dan biji Bram.
Penis Bram tidak terlalu besar, tapi selalu kuat dan keras saat ngaceng. Itulah sebabnya Timmy selalu puas dientot Bram karena penis dengan ukuran sedang itu tidak mebuat sakit lubang anusnya. Apalagi Bram sangat pandai bergoyang dan membuatnya merintih keenakan.
Kedua pria ini memang bergantian merintih dan mendesis-desis. Timmy tidak terlalu suka penisnya dioral. Oleh sebab itu begitu puas mengoral Bram, biasanya Timmy langsung mengambil peran aktif untuk memasukkan penis Bram ke lubang pantatnya.
“Bram, kamu diam saja ya, biar aku yang membuatmu enak malam ini,” kata Timmy sambil mengoleskan pelumas ke penis Bram.
Tak lama Timmy segera mengarahkan penis Bram ke lubangnya dan mulai bergoyang.
“Ah ah enak Tim… kamu memang hebat goyangnya. Tapi jangan cepat-cepat, nanti saya keburu muncrat.”
“Tahan dulu kalau kamu berasa mau keluar ya, nanti aku diam dulu… jadi kan kita bisa lebih lama main. Titik kamu itu pas banget, enak!” jawab Timmy sambil mengurangi kecepatannya bergoyang.
Penis Bram sudah masuk semua ke dalam lubang pantat Timmy. Dia merasa betul betul nikmat. Meski sudah sering ngentot, Bram merasa lubang Timmy selalu ketat dan hangat. Dia selalu menikmati permainan sex dengan Timmy, baik di posisi di telentang atau berlutut. . “Tim, gantian ya, biar aku yang sodok kamu, ayo kamu baring,” kata Bram.
Bram lalu mengangkat kedua belah kaki Timmy ke pundaknya dan mulai menunduk dan memasukkan penisnya yang tetap tegang mengacung itu ke dalam lubang pantat Timmy dan lalu mengenjot penisnya keluar masuk.
“Aaahh, aauahhhhhhh. Ayo terus, terus ahhhhhh. Enak banget ahhhh” “Aaahh” “Uuuhh ahhhhhh” “Aahhhh Bram, gila kamu selalu hebat goyangya… Aaauuhh”
Dan gerakan maju mundurnya makin lama makin cepat sampai akhirnya Bram tersungkur di dada Timmy. Mereka berdua bersamaan ejakulasi. Bram muncrat di dalam lubang Timmy yang juga memuncratkan spermanya ke dadanya sendiri.
Mereka lalu berpelukan.
“Enak banget. Ini yang aku suka sex sama kamu Bram. Aku selalu horny mendengar kamu merintih rintih dan goyangan kamu pas. Ah enak banget,” kata Timmy.
Bram menjawab bahwa dia juga puas dengan Timmy.
“Tau gak, kamu itu selalu penuh dengan pelayanan… saya juga puas dengan permainan kamu. Belum pernah saya ketemu dengan orang lain yang begitu perhatian membuat pasangan sexnya benar benar puas.”
Mereka berdua lalu bangkit dan membersihkan diri ke kamar mandi. Untuk sesaat dua pria jantan itu kembali ke ranjang dan berpelukan serta saling mengobrol dan bercerita tentang pekerjaan mereka masing masing.
Beberapa saat kemudian Bram pamit dan pulang ke rumahnya.
Kejadian itu berulang seminggu dua kali, tapi kadang bisa dua bulan sekali karena baik Timmy maupun Bram sama-sama sibuk. Tapi tiap kali mereka having sex, keduanya selalu dapat saling memuaskan dengan kenikmatan tiada tara.
Jakarta Nov 2011